Langsung ke konten utama

THANOS: MUSUH AVENGER YANG ASLINYA GAK JAHAT-JAHAT AMAT.


Semua penonton tahu sejak trailer film ini ditayangkan bahwa musuh utama dalam Avangers: Infinity War adalah Thanos yang berupaya untuk mengumpulkan Infinity Stone atau ”Batu Keabadian” untuk mewujudkan mimpinya, yakni menghancurkan setengah populasi alam semesta hanya dengan jentikan jarinya. Dan keinginannya inilah yang menjadikan seluruh penonton sepakat bahwa Thanos adalah Bad Guy alias si Antagonis bahkan sejak film Avengers pertama pada tahun 2012.

Pencitraan Thanos sejak awal film dibentuk semenakutkan mungkin. Kurang serem apa coba, badan besar, kekar, dan juga pintar. Punya pembunuh-pembunuh elit yang setia bernama The Children Of Thanos(anak-anak Thanos) yang siap mati untuknya. Bukan hanya itu, Thanos juga punya satu Divisi pasukan Centauri yang pernah ngacak-ngacak kota New York di tahun 2012 hingga akhirnya bisa digagalkan oleh Tim Avenger. Pada cerita kali ini Thanos memutuskan turun gunung dan turun tangan sendiri untuk mewujudkan tujuannya. Dengan Gaunlet atau sarung tangan besi untuk menyatukan kekuatan batu keabadian sangat jelas bahwa sepertinya Iron Man dan kawan-kawan sudah bisa dipastikan kewalahan menghadapi lawan tangguh ini.
Para Pelayan-pelayan Thanos
 Namun setelah Saya menonton film tersebut, sudut pandang saya berubah kepada tokoh kekar dan besar satu ini. Siapa sangka bahwa dasar keinginannya untuk menghilangkan setengah populasi alam semesta adalah atas dasar prinsip keseimbangan. Karena menurut si Om Thanos ini, jika populasi alam semesta tidak dikurangi maka kekacauan dan ketidakstabilan alam akan terjadi dan musnahnya sumber daya alam menjadi sebuah kepastian. Hal ini telah Thanos saksikan sendiri ketika masih menghuni Planet Titan kampung halamannya.
So kita bisa membayangkan dengan hati yang tedalam bahwa jika ada tokoh antagonis yang ingin menghancurkan, mematikan, dan menghilangkan setengah makhluk hidup demi menjaga kelangsungan hidup setengah populasi lainnya agar dapat hidup tercukupi dan damai tanpa perang perebutan sumber daya alam seperti yang kita saksikan di TV-TV saat ini, dengan berat hati saya menyimpulkan bahwa Om Thanos not trully EVILLL enemy in Avangers:Infinity Wars.
Karena bisa dikatakan Thanos melakukan niatannya untuk menghilangkan secara acak setengah populasi alam adalah hasil dari pemikiran yang mendalam alias buah perenungan pencarian solusi atas sebuah masalah. Bisa dibayangkan bahkan untuk mewujudkan niatannya tersebut, si Doi bahkan harus rela mengorbankan anak yang sangat disayanginya yakni Gomora atau pacarnya “Quill” alias Star Lord the Guardian Of Galaxy yang pada awalnya sedang dipersiapkan untuk menjadi penerus pekerjaan Thanos sebagai pejuang keseimbangan alam semesta.
Demi memperoleh Soul Stone alias Batu Jiwa
Dan satu lagi yang menjadi pemikiran Saya bahwa Thanos tidak sepenuhnya jahat adalah Dia tidak ingin menguasai semesta raya bahkan setelah menghilangkan setengah penduduknya. Betapa mengejutkannya, justru yang Dia lakukan adalah hanya duduk di pematang sawah entah dimana lokasinya hingga ingin sekali rasanya Saya membawakan rantang isi makanan untuk mengajaknya makan siang bersama setelah capek berkelahi dengan The Avengers.
Kesimpulannya adalah bahwa setiap karakter antagonis di dalam setiap film, sejahat atau sekejam apapun rencana dan tindakannya selalu memiliki motivasi terdalam bagi karakter tersebut. Dan sutradara atau penulis cerita yang baik adalah yang mampu membuat penonton akhirnya berempati pada tokoh antagonis tersebut bahkan menerima alasan mengapa tokoh tersebut berbuat demikian jahat pada ceritanya. Dan Saya adalah salah satu penonton yang akhirnya berempati pada Thanos di film ini, ya selama masih bukan Hawkeye termasuk superhero yang mati di akhir film berikutnya.

 Kalo ini kataku sih Guyss, kalo menurut kalian gimana?... Ketemu lagi di ulasanku berikutnya ya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prosa Untuk Esok Hari

Heran aku dengan dia yang bernama Esok yang bersama sombongnya merebut perhatian dan keberadaanku di hari ini. Seolah dirinya yang kusebut sebagai Sang Esok telah ditakdirkan tercipta untuk menagih apapun yang ada saat ini dan meminta segala yang sudah kupersembahkan di atas altar waktu saat mentari menari di langit biru. Mengapa keindahan pesonanya hari ini telah hilang berkurang artinya atas nama tak pastinya hari Esok, lalu juga mengapa hari esok itu ada jika para Malaikat lebih senang menyenandungkan kebaikan di hari ini. Hari Esok begitu serakah mengurangi kehangatan Cinta hari kini, yang mampu memaksa para Ayah meninggalkan ceria senyum para Anaknya hanya karena untuk memastikan hari Esok tak mengganggu nyenyak tidurnya. Hari Esok juga dengan kejamnya mencabik-cabik kedamaian Hati para Raja yang bersiap dengan pasukannya untuk menjaga isi trah hartanya. Untuk seisi Surga yang telah terjaga untukku... ijinkan aku hanya abadi di Hari ini, ijinkan Jiwaku menari mel...

Dalam Mimpi Elena

Suara detak jam tangan Tommy mengiringi nafas yang keluar masuk ke dalam paru-parunya, dihadapannya Dr Yusuf menatap Tommy dengan tenang seperti menunggu sesuatu yang dinanti-nanti. “Jadi…. gimana Tom?, kamu siap?.” Sang Dokter bertanya memecah keheningan sesaat mereka berdua. 1. Sudah sejak 3 jam yang lalu Tommy berada di ruang Dr Yusuf karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan Dokter muda itu dengannya. Ini adalah hari ke lima Tommy mondar-mandir rumah sakit kota Malang itu, bukan karena Dia mengalami gangguan kesehatan. Semua ini bermula ketika Elena teman satu sekolahnya yang juga kekasih Tommy itu terjatuh tidak sadarkan diri sejak kejadian kebakaran di sekolah mereka. Beruntungnya tidak ada korban tewas dalam kejadian tersebut, termasuk Elena yang meski sempat pingsan di dalam ruangan perpustakaan yang terbakar bisa terselamatkan karena tindakan heroic Tommy yang menerobos kobaran api dan membawa Elena keluar. “ini semua salahku Dok……” “maksud kamu?....” Dokter Yu...

THE LAST SAMURAI:CERITA TENTANG PRAJURIT YANG MENEMUKAN JATIDIRI BARU DI TANAH PARA SAMURAI

Di penghujung abad ke 19 merupakan masa kelam bagi para penduduk asli amerika yakni suku indian dimana harus mengahadapi konflik dengan pasukan pemerintahnya sendiri. Nathan Algren atau lebih tepatnya kapten Nathan Algren bergabung dalam pasukan kavaleri angkatan daret di bawah pimpinan kolonel Buggle, telah melewati masa peperangan yang begitu melelahkan. Hingga pada satu saat Kapten Algren bersama pasukannya melakukan penyerangan yang diperintahkan oleh pimpinannya. Namun sasaran penyerangan yang seharusnya adalah sekumpulan pasukan indian ternyata hanyalah kampung yang kebanyakan berisikan wanita dan anak-anak. Pembantaian tak dapat dielakkan yang menyebabkan banyak wanita dan anak-anak menjadi korban, dan sang Kapten dihantui perasaan bersalah yang mendalam atas kejadian tersebut. Hal inilah yang menyebabkan sang Kapten tenggelam dalam minuman memabukkan yang sangat parah. Beberapa saat setelah perang usai, peperangan dalam batin Nathan Algren ternyata belum ikut usai. Pr...