Heran aku dengan dia yang bernama Esok yang bersama sombongnya
merebut perhatian dan keberadaanku di hari ini. Seolah dirinya yang kusebut
sebagai Sang Esok telah ditakdirkan tercipta untuk menagih apapun yang ada saat
ini dan meminta segala yang sudah kupersembahkan di atas altar waktu saat
mentari menari di langit biru.
Mengapa keindahan pesonanya hari ini telah hilang berkurang
artinya atas nama tak pastinya hari Esok, lalu juga mengapa hari esok itu ada
jika para Malaikat lebih senang menyenandungkan kebaikan di hari ini.
Hari Esok begitu serakah mengurangi kehangatan Cinta hari kini,
yang mampu memaksa para Ayah meninggalkan ceria senyum para Anaknya hanya karena
untuk memastikan hari Esok tak mengganggu nyenyak tidurnya. Hari Esok juga
dengan kejamnya mencabik-cabik kedamaian Hati para Raja yang bersiap dengan
pasukannya untuk menjaga isi trah hartanya.
Untuk seisi Surga yang telah terjaga untukku... ijinkan aku hanya
abadi di Hari ini, ijinkan Jiwaku menari melalui rangkaian detik demi detik
saat ini karena engganku untuk melihat dan engganku untuk mendengar apa kata
kabar di esok hari. Sehingga Cukup disinilah aku, Jiwaku, dan Hatiku berada selalu.

Komentar
Posting Komentar