Langsung ke konten utama

Dalam Mimpi Elena

Suara detak jam tangan Tommy mengiringi nafas yang keluar masuk ke dalam paru-parunya, dihadapannya Dr Yusuf menatap Tommy dengan tenang seperti menunggu sesuatu yang dinanti-nanti.
“Jadi…. gimana Tom?, kamu siap?.” Sang Dokter bertanya memecah keheningan sesaat mereka berdua.
1.
Sudah sejak 3 jam yang lalu Tommy berada di ruang Dr Yusuf karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan Dokter muda itu dengannya. Ini adalah hari ke lima Tommy mondar-mandir rumah sakit kota Malang itu, bukan karena Dia mengalami gangguan kesehatan. Semua ini bermula ketika Elena teman satu sekolahnya yang juga kekasih Tommy itu terjatuh tidak sadarkan diri sejak kejadian kebakaran di sekolah mereka. Beruntungnya tidak ada korban tewas dalam kejadian tersebut, termasuk Elena yang meski sempat pingsan di dalam ruangan perpustakaan yang terbakar bisa terselamatkan karena tindakan heroic Tommy yang menerobos kobaran api dan membawa Elena keluar.
“ini semua salahku Dok……”
“maksud kamu?....” Dokter Yusuf kebingungan dengan penjelasan Tommy.
“Akulah yang menyebabkan Elena ada di perpustakaan siang itu, dia ada di sana karena mencariku” Tommy menjelaskan.
“maksudmu kamu janjian dengan Elena untuk bertemu di perpustakaan?.” Tanya sang Dokter kembali.
“siang itu jam istirahat, Elena mencariku dengan menghubungiku lewat ponselnya… aku mengatakan bahwa aku ada di perpustakaan dan dia menyusulku ke sana tepat kebakaran itu akan terjadi.” Tommy menjelaskan dengan wajah menyesal.
“Lalu di mana kamu saat itu?”
“Aku ada di ruang Dekan saat itu, Kapala Administrasi dan Pak Dekan memanggilku untuk menyeleseikan proses pendaftaran bea siswa yang sedang aku ajukan. Aku tidak mau Elena tahu keadaan keuangan keluargaku, aku takut dia akan khawatir kerena keadaan keluargaku yang sesungguhnya.” Tommy menjelaskan dengan perlahan.
“semuanya adalah salahku hingga menyebabkan Elena terjebak dalam kebakaran itu…sungguh aku tidak bermaksud membohonginya…” air mata keluar perlahan dari mata Tommy.
“ya… itulah pria selalu hidup dengan rahasianya”. Dokter Yusuf berdiri dari meja kerjanya dan menghampiri Tommy
Dokter Yusuf pun berdiri dari kursi kerjanya dan menghampiri Tommy yang duduk lemas di hadapannya. Dia duduk di atas meja menghadap Tommy sambil memegang pundak kiri Tommy dengan tangan tangannya seraya menenangkan.
“Saya pernah menawarkanmu sebuah cara agar Elena bisa selamat dari ketidaksadarannya…..”
Tommy memperhatikan dengan serius sambil menatap mata Sang Dokter, dia tahu bahwa sang Dokter sedang tidak main-main.
“dengar Tommy, …..saya menuntut komitmen kamu agar apa yang kita sedang bicarakan ini tidak sampai bocor, ini rahasia kita berdua. Jika kamu bisa memenuhinya maka kesempatan agar bisa Elena selamat ada di tanganmu.” Ucap tegas sang Dokter.
“aku berjanji Dok, apapun asal Elena selamat…… apapun caranya aku siap Dok.” Tommy tak kalah serius, tampak dalam sorot matanya. Sang Dokterpun berdiri dengan melepas jubah putih kedokterannya seperti sedang bersiap akan menjelaskan sesuatu yang serius pada Tommy. Tommy pun telah bersiap juga untuk segala kemungkinan yang akan dia dengar.
“Elena mengalami disapnea dalam ketidaksadaran dirinya, atau dengan kata lain Elena terjebak dalam alam bawah sadarnya. Itu akibat dari banyaknya asap yang terhirup olehnya. Bila dibiarkan akan mengganggu fungsi organnya.”
“Lalu bagaiamana Dok agar bisa membuat Elena kembali sadar, ini sudah hari kelima ia tidak sadarkan diri. Aku siap dengan cara apapun Dok asalkan bisa membuat Elena kembali sadar.”  Tanya Tommy gelisah.
“cara ini tidak lazim dalam dunia kedokteran, namun mungkin untuk dilakukan”
“Apapun itu Dok, aku siap….” Tommy mencoba meyakinkan sang Dokter.
“namanya adalah Ekstraksi…..” sang Dokter menjawab
Tommy memasang wajah bengong karena bingung.
“beberapa ilmuwan luar sudah mencoba melakukannya. Kegiatan ini adalah memasukan kesadaranmu ke dalam benak pikiran Elena yang mendalam dan membantu menyadarkannya lewat alam bawah sadar Elena secara sadar, ini adalah percobaanku semenjak 5 tahun terkhir ini Tom...., penelitianku tentang pikiran manusia.Ucap sang Dokter sembari menyilangkan tangan di dadanya.
“Aku tidak mengerti Dok?...... apa itu sungguh nyata bisa dilakukan dan bagaimana bisa?”
2.
“Apa itu Ekstraksi Dok?...” Tommy menanyakan pada Dokter
 “apakah ini ada hubungannya dengan apa yang dialami Elena..?”
“Ya... tentu .... sebelum kamu bertanya lebih mendalam akan saya berikan gambaran secara sederhananya.”
Tommy hanya mengangkat kedua tangannya seolah memberikan kode pada Dr.Yusuf bahwa dirinya menyerahkan semuanya pada sang Dokter.
“Oke Tom.... otak dan pikiran manusia adalah sumber misteri bagi dunia manusia, jika kita dapat memahami bagaimana kerja pikiran secara pasti kita hampir sepenuhnya memahami apa yang selama ini belum kita ketahui tentang manusia.....” Dr. Yusuf Melanjutkan
“Kamu tahu tentang pemahaman bahwa kita hanya menggunakan 10% dari kemampuan otak kita...”.
Iya Dok benar.... seperti yang dikatakan oleh dosen Psikologi saya bahwa kita hanya menggunakan hanya 10% otak kita...” Kedua bahu Tommy mengangkat seolah setuju dengan pendapat Dr. Yusuf

Dr. Yusuf berdiri dari duduknya dan mencondongkan badannya ke arah Tommy sembari memicingkan matanya.
“Kamu tahu Tom ... penjelasan dari dosenmu itu adalah mitos yang tidak mendasar yang didasarkan pada ocehan Albert Einsten, ditambah lagi berapa film Hollywood yang terus mencekoki kita dengan teori itu.” Dr. Yusuf meninggikan nadanya menunjukan ketidaksetujuannya dengan dosen Tommy.
“Maksud dokter bahwa otak kita bekerja dengan 100%??.” Tanya Tommy sembari mengkerutkan dahi tak terima dosennya disalahkan.
“Saya menyimpulkan kurang lebihnya seperti itu Tom, tapi ketahuilah bahwa Otak kita bekerja secara maksimal dan beraktifitas hampir sempurna, hanya saja itu semua tergantung berapa besar prosentase kita menyadari dan memahami bagaimana otak bekerja, karena Otak akan bekerja seiring seberapa dalam kita memahami dan mengenalnya, maka kita bisa mengendalikannya... Kamu tahu, otak adalah satu-satunya organ yang tidak membutuhkan istirahat untuk menjaga semua organ dalam tubuh kita untuk bekerja dengan baik.... apakah itu tidak menunjukan betapa hebatnya otak kita...?”
Dokter Yusuf mencari berkas di rak samping mejanya dan meletakkannya di atas meja sementara Tommy mencoba bertanya.
“Lalu bagaimana dengan tidur Dok...?”
“Tidur adalah untuk mengistirahatkan organ lain dalam tubuh seperti jantung misalnya.... tapi pada kenyataannya otak tetap bekerja meski kita tertidur, dia berperan untuk menjaga proses regenerasi sel pada saat kita tidur.... buktinya kita bermimpi saat tidur.” Perjelas sang Dokter
Tommy hanya bisa manggut-manggut, memberi kode untuk tak ingin berdebat.
“Jadi Tom, otak itu perfect,...”

Dr. Yusuf menunjukan beberapa foto percobaannya selama di Belanda, tampak beberapa foto yang menunjukan adanya seseorang yang dari perawakan badannya bukan orang lokal dan lebih mirip dengan perawakan orang Indo-Eropa sedang menggunakan alat seperti helm yang terhubung banyak sekali kabel ke sebuah alat.
“...otak itu sempurna, bekerja secara utuh... dan yang menjadi permasalahan bagi kita adalah... apakah kamu menyadari atau tidak tentang bagaimana otakmu bekerja dan apakah kita sudah menggunakan otak ini seperti yang kita mau...????”.kedua tangan dokter itu mencoba menggambarkan ukuran otak dengan kedua tangannya.
“Lalu apa hubungannya dengan apa yang Dokter katakan tentang ekstraksi.” Wajah Tommy kebingungan seolah tak percaya bahwa dia akan mendapat tambahan kuliah dari Dr. Yusuf.
“Pertanyaan bagus Tom...begini Otak adalah sekumpulan syaraf yang berjumlah kurang lebih 200milyar an syaraf yang saling berhubungan dan memiliki peran-peran yang berbeda yang memiliki cara kerja Kimia Elektrik untuk memberikan perintah hingga ke seluruh tubuh bahkan menyimpan memori... kau bisa bayangkan Otak ibarat Server sekaligus Processor dalam tubuh manusia yang bisa bekerja secara bersama dan juga bekerja secara bergantian... hebat bukan bukan.” Dokter Yusuf tersenyum bangga sambil melipat kedua tangannya dan bersandar di kursinya yang empuk merasa bangga dengan penjelasannya.
“Apa Dokter yusuf ingin menjelaskan kepada saya bahwa kita memulihkan Elena dengan pikiran....???
“Okey ... okey gini maksud saya Tom... secara fisik Elena itu tidur tapi pada prinsipnya otaknya bekerja secara aktif. Ibaratnya Dia tertidur tapi tubuh kehilagan kemampuan untuk merespon perintah untuk bangun. Otak sebenarnya memberikan perintah tapi tubuh tak meresponnya... atau dengan kata lain kelistrikan dalam otaknya kurang kuat untuk mendorong syaraf tubuhnya.”

Sang Dokter tampak sedikit tersenyum menangkap ekspresi Tommy yang menunjukan tanda mulai paham atas penjelasannya sejauh ini, dan ia mencoba melanjutkan lagi untuk ke intinya.
“Tom.... meski tubuh Elena tak merespon, tapi sebenarnya Otak Elena masih aktif sebagaimana orang tertidur seperti biasa atau dengan kata lain Elena aktif bermimpi setiap malamnya.”
Tommy terdiam mendengarkan maksud sang Dokter yang semakin antusias menjelaskan teorinya.
“Kita Punya harapan untuk membangunkan Elena dengan cara lain, kita bangunkan dia lewat pikirannya... lewat mimpinya.”
“Haaahhh...” Tommy seketika melongo

Dingin suhu ruangan akibat hawa freon yang keluar dari mulut Air Conditoning milik Dokter Yusuf semakin membuat otot tubuh Tommy mengkerut yang menyebabkan menekan pembuluh darahnya untuk berjalan ke otak...padahal otaknya saat ini sangat membutuhkan oksigen dari darahnya yang serasa seperti berantakan akbiat penjelasan dari Dr.Yusuf yang hampir membuat Tommy gila...
“Jika panalaranku benar.. apa yang Dokter maksud adalah kita masuk ke dalam kepala Elena, lalu menendang isi kepalanya dan berteriak keras agar Elena terbangun...apa seperti ya Dok???” Tommy mencoba menjelaskan kepada sang Dokter dengan perlahan sambil mngkerutkan alisnya.

Dokter Yusuf merasa kehabisan akal untuk meyakinkan Tommy apa yang di maksud, seketika itu juga Dokter Yusuf membuka lemari dekat mejanya dan tampak sebuah alat yang secara fisik tampak tak asing buat Tommy.
Alat itu berbentuk balok tak ubahnya seperti mesin pemutar musik era 90’an dengan monitor berwarna hijau di bagian depannya. Bagian belakang alat tersebut tampak terhubung dengan kabel yang jumlahnya tak bisa dihitung.
“inilah yang aku Maksud, ini adalah BFE04... dengan alat inilah kita bisa membangunkan Elena. Dengan alat inilah kita akan menjalankan proses ekstraksi.”
“Lalu apa peran saya Dok….. apa yang bisa saya lakukan dengan itu.??”
“Saya akan memasukanmu ke dalam mimpi Elena. Dan selanjutnya tugasmulah membawa kesadaran Elena kembali.” Tommy terkejut pada saran dokter, dia masih kurang yakin…betulkah bisa dia secara sadar masuk ke dalam mimpi Elena bahkan Tommy mencoba menyadarkan dirinya kalau saat ini bukan dia yang sedang bermimpi atau meyakinkan diri dokter yang sedang bicara dengannya ini sedang tidak terganggu kesadarannya.
“Setahun yang lalu saat saya sedang ada di Belanda..saya dan beberapa rekan saya sedang menguji hal ini Tom dan kami berhasil mengidentifikasi alam maya pikiran. Hanya saja penelitian itu harus terhenti karena saya harus balik ke Indonesia beberapa bulan lalu. Namun saya memutuskan mengadakan pengujian kembali di rumah sakit ini, saya sudah merakit peralatan Ekstraksi yang baru di rumah sakit ini….mungkin ini saatnya mengujinya Tom.”
“apa bisa berhasil Dok?, dan bagaimana saya bisa membawa kesadaran Elena kembali….” Tanya Tommy masih kebingungan.
“Saya tanya sama kamu, bagaimana caranya kamu terbangun lewat mimpimu?”
“terjatuh, ketakutan, terlalu senang, dan…..”
“ya Tommy buat Elena mengalami itu, maka ia akan terbangun. Temukan dia di alam mimpinya, bawa dia ke tempat yang paling menyentuh emosinya…maka dia akan terbangun karena pada saat sedang mengalami situasi emosional, adrenalin akan terus keluar…itu akan memicu jantungnya secara alami…dan itu akan merangsang syaraf-syarafnya kembali.”
“lalu bagaimana caranya agar aku bisa masuk ke dalam mimpinya Dok?”
“Ya… tentu aku akan membuatmu tertidur secara fisik, namun aktif secara pikiran….sudahlah bagaimana teknisnya akan aku jelaskan nanti… yang pasti apa kamu sudah siap dengan rencana ini dan yang paling penting bersediakan kamu untuk menjaga kerahasiaan ini?.” Tekan kembali sang Doketer kepada Tommy untuk menjaga rahasia penting tersebut.
“okey Tom kamu tunggu di kamar Elena, saya akan bawa peralatannya ke sana….. saya percaya kamu akan bisa membawa kesadaran Elena kembali dan juga menjaga kerahasiaan eksperimen ini.”

Selama beberapa menit Tommy berpikir untuk menebak apa yang akan dihadapinya saat memulai proses Ekstraksi seperti yang dijelaskan. Di samping rasa ingin tahunya, kesadaran Elena dari tidurnya yang panjang adalah yang utama buat Tommy. Andai Tommy bisa berandai bahwa seperti dongeng putri tidur di mana sang Putri terbangun dari tidurnya yang panjang hanya dengan sebuah kecupan dari seorang pangeran, Tommy akan dengan hati menjalani peran sebagai pangeran tersebut. Tapi ini berbeda, kepala Tommy akan dipasangi alat dengan banyak kabel dan disuntikkan zat anestesi sejenis Lidocaine.
Tommy tak punya cukup imajinasi untuk memperkirakan apa yang akan dihadapinya nanti. Tommy menimbang masak-masak semampu yang bisa dia lakukan, banyak pikiran muncul dalam benaknya….seperti apakah yakin ini akan berhasil, apakah ini tidak mengganggu kesehatan Elena, dan apakah ada efek samping baginya nanti.

Tommy kembali ke ruang tempat Elena dirawat, sambil mencoba menata kembali pikirannya, Tommy menatap sayu wajah kekasihnya yang terbaring. Tak lama kemudian terdengar suara roda bergelinding dari luar kamar Elena, dan dokter Yusuf pun masuk dengan sebuah meja dorong dan beberapa peralatan berkabel dengan untaian kabel-kabel menjuntai ke bawah meja.
“Tommy….. tolong geser sofa itu ke sebelah ranjang Elena….” Perintah dokter Yusuf, dengan segera Tommy menggeser sofa dalam ruangan itu agar berdekatan dengan Elena persis di sebelah kiri ranjang Elena. “untuk apa ini Dok?” Tanya Tommy penasaran……
“untuk masuk ke alam mimpi Elena, kamu perlu tidur berbaring kan?.....apa pernah kamu melihat orang tidur sambil berdiri.” Ungkap sang Dokter sambil menyiapkan peralatannya seperti menyalakan monitor, memasang kabel, dan menyiapkan Electro Graf yang terdiri atas jari-jari bertinta dan gulungan kertas tampak seperti catatan pendeteksi gempa. Beberapa saat kemudian ia mengeluarkan sebuah kotak yang di dalamnya seperti rangkaian kabel kumparan yang dililitkan dengan batang tembaga yang membentuk mahkota.
“apa itu Dok….?”
“ini akan aku pasang di kepalamu Tom, gampangnya adalah saya akan menangkap mimpi Elena dengan pendeteksi ini…gulungan kertas ini akan berjalan bila goresan tinta ini lurus maka aktifitas otak Elena sedang pasif dan bila muncul torehan-torehan bergelomban maka otaknya sedang aktif atau bisa dikatakan ia sedang bermimpi, saat itulah proses ekstraksi bisa dilaksanakan.” Dokter Yusuf mencoba menjelaskan sembari memasangkan perekat di dahi kanan dan kira Elena yang di dalam perekat itu tersambung kabel menuju peralatan canggih sang Dokter.
“okey kamu berbaringlah di sofa itu, aku akan memasangkan alat ini dulu”. Dengan sigap sang Dokter memasangkan alat berbentuk mahkota di kepala Tommy. Mahkota berkabel itu juga terpasang pada alat pemindai milik dokter Yunus sehingga tampak sekali bahwa alat sang dokter telah mencengkram kepala Elena dan tommy dengan belalai kabelnya.
“Okey Tommy …sekarang kita tunggu alat pendeteksi saya bekerja, begitu mimpi Elena terdeteksi saya akan menyuntikan zat Lidocaine ini agar kamu segera tertidur, jangan khawatir….zat ini adalah khusus anestesi lokal untuk menjaga kesadaranmu selagi kamu tertidur.”
“Tunggu dok, tolong jelaskan bagaimana cara kerja alat dokter itu….agar aku bisa sedikit tenang.”
“Okey…begini, begitu aktifitas otak Elena terdeteksi maka kmu akan tertidur, kabel-kabel ini akan menangkap gelombang otak sadarmu dan menyalurkannya ke dalam perangkat Saya yang berbentuk kubus itu, sama halnya dengan Elena…alat ini akan menangkap rangkaian mimpinya masuk ke dalam kubus ini, artinya perangkat ini mempertemukan realita buatan dalam mimpi Elena dengan kesadaranmu.” Dokter Yusuf menjelaskan sembari menyentuh alat rancangannya itu.
“Tapi Dok…bagaimana caranya membedakan bahwa aku sedang berada dalam mimpi Elena dan bukan dalam mimpiku sendiri?”
“Pertanyaan bagus, kamu layak jadi peneliti Tom………..
ingat Tommy mimpi adalah realita buatan yang berfondasikan pada memori-memori yang kita buat..bila kita bermimpi kadang kita tidak sadar kalau kita sedang bermimpi karena kita tenggelam dalam realita bawah sadar kita. Saat kamu masuk dalam mimpi Elena, kamu masuk dalam kondisi sadar…. Kamu bahkan masih ingat pembicaraan kita, bila kau cubit tanganmu sendiri kamu akan merasakan sakit itu artinya kamu sedang dalam mimpi Elena.”
“okey…. Dok, pertanyaan terakhir…apa kita bisa berkomunikasi saat aku dalam mimpi Elena?” Tanya Tommy lagi.
“kamu memang punya daya observasi tinggi Tommy….. tentu kita akan berkomunikasi, tapi hanya satu arah.. Saya bisa mengetikkan kalimat dengan keyboard itu dan kalimat yang saya ketik akan muncul tiba-tiba dalam media apapun di mimpi Elena, tembok, lantai, di udara apapun itu asalkan kamu jeli melihat. Rata-rata mimpi seseorang adalah 3 menit 11 detik, saya akan memberitahu bila waktu mulai habis….okey jagoan ada pertanyaan lagi??.” Tommy menggelengkan kepala menandakan entah apa lagi yang bisa dia Tanya karena sesungguhnya dia masih belum percaya bahwa dia akan melakukan sesuatu yang mungkin ia satu-satunya di republic ini melakukan, yang ada dalam benak Tommy ialah bahwa sesegera mungkin ia akan bertemu dengan Elena.
“kita tunggu reaksi di alat pendeteksi ini, jika otak Elena sedang beraktifitas maka akan tinta pada batang logam ini akan membentuk pala pada kertas ini…. percayalah rasanya seperti menunggu umpan digigit ikan saat memancing…. Kita tidak bisa mempredeksi kapan Elena akan bermimpi sepanjang tidurnya….”
3.
Beberapa saat kemudian Tommy dan Dokter Yusuf menunggu alat pendeteksinya bereaksi, menit demi menit membuat mereka berdua gugup. Suara jam dinding yang berdetak mengiringi penantian Tommy yang tidak sabar segera menemui Elena dalam mimpinya, Tommy sedikit gelisah karena tidak nyaman yang dirasakannya karena alat yang menempel di kepalanya, sesekali dia menggeser-geser posisi kepalanya. Dokter Yusuf pun tak kalah gelisahnya, berkali-kali ia memeriksa alatnya. Suara ketik dari papan keyboard menandakan keahlian sang dokter dalam mempergunakan peralatan tersebut.
Tak lama kemudian terdengar suara batang jari-jari logam yang beradu satu sama lain seperti berebutan menggoreskan tinta pada kertas yang berjalan. Seketika itu juga Dr Yusuf terperanjat sigap berusaha memahami situasi. Ia bergegas menghampiri Elena yang masih terbaring, seraya dari arah yang dekat Dr Yusuf mencoba melihat kelopak mata Elena.
“Tommy, …… ini saatnya, Elena sedang bermimpi……” Dr itu menghampiri Tommy dan menyalakan bebrapa tombol pada alat yang menempel pada kepala tommy dan Tommy pun berbaring mencoba mengikuti instruksi sang dokter. Dokter yusuf segera mengambil alat suntik yang telah dia siapkan sebelumnya, dimasukannya beberapa milligram cairan ke dalam alat tersebut.
“seberapa cepat efeknya Dok..?
“Sangat cepat anak muda….. jangan coba ini di rumah, begitu cairan ini masuk ke dalam darahmu, beberapa detik kemudian kamu akan tertidur….percayalah bahkan kamu sendiripun tidak tahu kalau kau sedang tidur.” Sang Dokter menjelaskan sembari mengetuk-ngetuk alat suntik itu dengan jari tengahnya.
“Sebelum Saya mengirimmu ke dalam mimpi Elena, saya bertanya dan jawab dengan jujur….”
“Apa Dok…..?”
“kamu mau melakukan ini apakah karena kamu mencintai Elena ataukah hanya perasaan bersalahmu atas semua kejadian ini….?” Tanya sang Dokter dengan serius sambil tangan kanannya memegang alat suntik yang mengarah siap untuk disuntikkan ke arah Tommy.
“karena aku mencintainya Dok, …..karena aku ingin berada di sampingnya selalu….. dan aku ingin dia kembali sekarang juga apapun caranya.” Tatapan Tommy tajam mengarah pada Dokter,
“mengapa tannyakan itu Dok?”
“karena jika kamu menjawab pilihan yang kedua, aku perlu mengurangi dosisnya…..tak ada yang lebih melemahkan pikiran sadar manusia selain rasa bersalah karena akan menyesatkanmu dalam alam mimpi nanti, dan jika kamu tersesat maka artinya akan ada satu pasien lagi di kamar ini yang harus saya rawat…….ya paling tidak pemasukan Rumah Sakit ini bertambah meski percobaanku ini kurang berhasil” Sang dokter menatap senyum menggoda dan menusukan jarum suntik ke lengan Tommy. Dan Tommy membalas dengan senyuman yang kecut.
“Kamu pasti bisa kembali bersamanya….. Saya percaya itu”
Dan seketika juga rasa nyeri menembus permukaan kulit Tommy dan ia bisa merasakan adanya cairan dingin masuk ke dalam tubuhnya. Sensasi dingin yang menjalar ke seluruh tubuhnya seperti perlahan tapi pasti rasa dingin itu memenuhi tubuh Tommy, tak ubahnya seperti mandi air Es dan hanya saja dinginnya air itu menembus seluruh permukan kulit tubuh dan menjamah organ dalam tubuh.

Tommy seperti berat mengangkat kedua tangan dan kakinya, dengan sangat cepat rasa dingin itu berubah menjadi rasa berat yang amat sangat. Dan segera tommy menyadari dia tak dapat menggerakkan semua tubuhnya selain mulutnya untuk berbicara.
“Dok….aku merasakan…..”
“jangan kuatir Tommy, senyawa buatanku tadi mengambil alih syaraf aktifmu secara perlahan namun ia akan tetap menjaga otak sadarmu makanya kamu masih bisa bicara, jika kamu merasakan kantuk jangan dilawan ikuti saja.” Dokter Yusuf mencoba menenangkan,
“Dengarkan Saya Tommy….hitung mundur dari angka 10 menuju angka 1 secara perlahan mulai..”
Dengan segera Tommy menghitung mundur seperti yang Dokter Yusuf perintahkan, sembari Tommy menghitung, Dokter yusuf mengotak atik alatnya dan memutar ke arah kanan tombol yang mirip dengan tombol volume suara tape dan tiba-tiba muncul seperti radar frekuensi di layar computer dokter yusuf yang lama-kelamaan membentuk pola seperti bukit dan lembah membentuk garis.
“10…….9……..8………7………8………7……….6……..5……….5……….5………4………4…..5…………5……5…….4…………3………..3……..3……….3…” Tommy yang awalnya menghitung mundur dengan sigap tiba-tiba dia menyebut berulang-ulang angka-angka tertentu dan suara yang keluar dari mulut Tommy berangsur melemah, secara bersamaan pola gambar hijau yang tampak pada layar computer dokter Yusuf yang awalnya membentuk pola secara cepat, lama-kelamaan membentuk gerakan yang stabil dan semakin perlahan. Dan perlahan pun suara Tommy tidak lagi terdengar tertelan sunyinya ruangan.

Tommy merasakan dirinya terhempas jatuh ke bawah dalam ruangan yang sepertinya tak berdasar, dia merasakan kegelapan menyelimutinya dalam sekejap, tubuhnya seperti tanpa bobot melayang melawan gravitasi. Meskipun ia tidak melihat langsung ia bisa memastikan dirinya bahwa dirinya sedang terbang karena ia tidak merasakan pijakan pada kakinya. Namun hal itu hanya sebentar, perlahan kemudian ia bisa merasakan kembali berat tubuhnya merayapi dirinya, Tommy bisa merasakan bahwa ia sudah bisa merasakan jari-jarinya dan kakinya merasakan bahwa ia menyentuh daratan. Ia merasakan tubuhnya menyentuh sesuatu yang tak asiing ia rasakan manakala ia duduk di sebuah kursi. Pelan-pelan ia mengumpulkan keberaniannya untuk membuka matanya dan ia mendapati sedang berada dalam lorong panjang dengan lebar hanya 2 meter dan seperti dugaannya ia duduk di sbuah kursi di ujung lorong yang tertutup tembok sisi belakangnya.
4.
Seperti orang yang baru tersadar dari tidurnya ia, mencoba berpikir dan mengingat di mana dan apa yang akan dia lakukan. Tommy bangkit dari tempat ia duduk, mencoba merasakan dinding yang ada di kedua sisi tubuhnya dengan telapak tangannya. Tiba-tiba muncul sesuatu yang aneh dari dinding yang ia sentuh, dinding yang awalnya polos berwarna putih…secara berlahan muncul motif seperti keluar dari balik dinding tersebut. Tommy pun terkejut dengan apa yang dilihatnya, motif berbentuk susunan huruf itu membentuk seperti kalimat yang berisikan pesan. Setelah motif itu semakin jelas, baru sadarlah Tommy bahwa dinding polos itu tak ubahnya seperti layar besar telepon seluler yang memunculkan isi pesan singkat.
Tommy, saya ingatkan sekarang kamu berada dalam mimpi...
Tommy kembali ingat sedang di mana dan akan apa ia, dengan setengah takjub dia melihat dirinya untuk kembali meyakinkan dirinya kembali bahwa yang dikatakan Dr Yusuf betul-betul nyata. Beberapa saat yang lalu Tommy ingat ia berada berbaring di atas sofa rumah sakit dan dalam sekejap ia berada dalam alam mimpi. Tulisan yang tiba-tiba timbul dari dinding sesuai dengan apa yang Dr Yusuf katakana, bahwa dirinya bisa berhubungan dengannya di alam mimpi, Tommy masih terperangah dalam ketakjubannya.
Lorong tempat Tommy berada tidak begitu lebar, hanya selebar 2 meter saja, Tommy berlari kecil menyusuri ke arah lorong itu berujung, dan pada saat ia tiba di ujung lorong Tommy kembali heran dengan apa yang dilihatnya….. ujung lorong itu mengantarkannya pada sebuah padang rumput yang luas. Tommy bisa melihat rumput-rumput setinggi pinggang itu bergoyang, sama seperti di dunia nyata
“inikah mimpi Elena, di mana ini???” gumam Tommy dalam hati. Dengan perlahan ia menginjakkan kakinya, perubahan pijakan betul-betul ia rasakan….dari dasar marmer yang keras berpindah menjadi tanah yang lembut. Ia melanjutkan langkahnya perlahan, sesekali ia melihat kebelakang ujung lorong tempat ia keluar itu dalam sekelibat mata menghilang. Mencoba untuk tetap tenang dan mengendalikan ke khawatirannya bahwa apa yang dilihatnya itu adalah bagian dari anomaly mimpi seperti yang diajarkan Dr yusuf bahwa ia akan melihat hal yang aneh dan tidak ditemuinya di dunia nyata. Dengan tenang Tommy mencoba menyibak ilalang yang menghadang jalannya, sepoian angin lembut menabrak tubuhnya.
Dan dari tiupan angin itu muncul kembali motif seperti yang ia lihat di dinding tempatnya berasal, motif itu kembali membentuk sebuah kalimat, rupanya pesan dari Dr Yusuf.
segera cari Elena, waktu terbatas…………!!
setelah melihat apa isi pesan tersebut, Tommy pun mempercepat langkahnya, meski ia tidak tahu ke arah mana akan ia tuju mencari Elena. Ia pun terus belari dan berlari membelah lautan ilalang di depannya.
Dalam beberapa langkah, Tommy mencoba melihat ke arah belakang karena ada yang menarik perhatiannya. Ia melihat bahwa padang ilalang yang awalnya cerah tiba-tiba mendung dan ia melihat dinding kabut berwarna putih bergerak perlahan ke arah dirinya. Tommy tidak memperdulikan fenomena itu dan ia mencoba terus berjalan menyusuri ilalang-ilalang tersebut.
Beberapa saat kemudian langkahnya terhenti pada sesuatu yang dilihatnya, dan kali ini ia berharap apa yang dilihatnya bukanlah anomaly mimpi lagi. Beberapa ratus meter di hadapannya terdapat pohon kering yang di bawah pohon tersebut terdapat sesosok gadis mengenakan gaun putih indah yang tampak sedang mencari sesuatu.
“Elena………….???” Tommy berucap untuk meyakinkan diri apa yang dilihatnya, itulah bentuk sisi kesadaran Elena yang terjebak dalam alam mimpinya. Tomy melihatnya dari kejauhan Elena dengan rambut terurai dan mengenakan gaun putih itu seperti bingung sedang mencari sesuatu. Tommy pun kegirangan karena kini ia telah menemukan Elena dan dengan segera ia berlari ke arah wanita yang dicintainya itu.
Ia berlari terus tanpa henti membelah rumput-rumput di depannya, namun langkahnya terhenti seiring ketidakpercayaannya dengan hal lain yang tampak di hadapan matanya. Padang rumput di sekeliling Elena tiba-tiba terbakar hebat dan mengurung Elena di tengahnya yang masih terdiam di tempat ia berdiri sebelumnya. Tommy pun panic melihat api yang entah dari mana asalnya itu tiba-tiba membesar dan semakin membesar seperti akan menelan Elena hidup-hidup.
“Elenaaaaa……..!!!!” Tommy teriak dalam ketakutannya, tanpa peduli dengan api yang dilihatnya ia berlari sekencang mungkin ke arah Elena. Tommy merasakan kengerian yang luar biasa dalam dirinya, namun ia terus mencoba memberanikan diri berlari ke arah api itu. Dinding api yang begitu besar sangat mengintimidasinya dan menghentikan langkahnya, dinding api yang semula tidak bergerak tiba-tiba meledak dan menghempaskan Tommy hingga terpental dan melayang beberapa langkah kebelakang.
Anehnya beberapa detik kemudian Tommy tidak juga merasakan ia jatuh ke tanah melainkan ia terjatuh ke dalam lubang tanpa dasar. Semakin lama ia terjatuh semakin cepat….semakin cepat ….semakin cepat dan ia merasakan tumbukan yang sangat keras ia rasakan di kepalanya hingga membuatnya teriak……..
Tommy membuka mata dan mendapatinya di dalam ruangan yang tidak asing baginya, ia merasakan keringat membasahi tubuhny, nafasnya yang tersengal-sengal dan ketakutan menghinggapi pikirannya.
“Tommy kamu tidak apa-apa, katakan apa yang kamu lihat di sana hingga membuatmu ketakutan???” Tanya Dr Yusuf
Dengan dilihatnya sosok Dr Yusuf, menyadarkannya bahwa ia kini telah kembali di dunia nyata, Tommy masih bisa merasakan cengkraman alat yang menempel di kepalanya. “Elena…………Elena….” Tommy berucap cemas sembari melihat ternyata Elena masih tidak sadarkan diri. “Apa yang kamu lihat Tommy, katakan pada saya….?”desak dokter Yusuf.
“aku melihat lorong, padang rumput, dan Elena serta kobaran api yang sangat besar Dok…”
“kamu menemukan Elena?......katakan sedang apa dia?” Tanya Dokter yusuf kembali.
“ia mencoba mencari sesuatu dok, dan kobaran api itu tiba-tiba muncul dan menelannya, merebutnya hingga aku tidak bisa melihatnya kembali.”
Dokter yusuf mencoba menenangkan Tommy, “Tommy, akhirnya kita tahu…mengapa Elena tidak sadarkan diri. Dia terjebak dalam realitanya yang menyebabkan dia tertahan di mimpinya.”
“apa maksud dokter?”
“bahkan di dalam mimpinya Ia masih mencarimu Tom….., oleh karena itu ia tidak mau beralih dari ingatan terakhir sebelum ia pingsan….ia terus mencari dan mencarimu. Hanya saja Elena tidak tahu kalau dia sedang di alam mimpi.” Jelas sang Dokter
“lalu kenapa aku terbangun Dok, padahal aku belum berhasil meraih Elena.??”
“karena kamu takut, ketakutanmu pada api itulah yang membangunkanmu hingga kamu tidak membedakan antara ilusi mimpi dan realita. Api itu adalah bentukan mimpi Elena Tommy….jangan terpangaruh pada emosimu karena itu akan membangunkanmu.”
“apa artinya kita gagal dok,…. Dan Elena akan tetap tertidur seperti itu.” Ungkap Tommy sesal
“tentu tidak jagoan, lihatlah alat pendeteksi masih bereaksi artinya saat ini Elena masih sdang dalam mimpinya yang tadi, dan kamu baru saja tertidur sekitar satu menit…..saya akan mengembalikanmu ke dalam mimpi dan temukan kembali Elena.” Dokter Yusuf mencoba meyakinkan.
“baik dok segera kembalikan aku dalam mimpinya, api itu tidak akan membuatku takut ….. Elena akan aku bawa kembali.” Ucap Tommy penuh semangat..
“okey siapkan dirimu jagoan…….” Sang dokter menyiapkan kembali alat suntik untuk menginjeksi Tommy agar kembali ke alam tidurnya dan sang dokter menyuntikkannya ke lengan Tommy. “semoga kau masih ingat jalan ke mana arah Elena berada.
“ya tentu masih ingat dok, mungkin hanya saja dinding kabut putih itu sedikit menutupi jalanku…..” tommy berbaring kembali untuk bersiap.
“okey…..” Dokter Yusuf menyiapkan alatnya…..
Namun beberapa saat ada sesuatu yang mengganjal bagi sang Dokter...
“APAAA??......dinding kabut putih………..ya Tuhan………Tommmy…” dokter Yusuf seperti kebakaran jenggot setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Tommy, ia mneghampiri Tommy dan mencoba mengingatkan Tommy yang sudah mulai tidak sadarkan diri.
“Tommy dengarkan….. kabut putih itu menandakan bahwa Elena sekarat, kondisi pikirannya menurun drastis...Elena dalam kondisi kritis……kau harus cepat menyelamatkannya sebelum Elena tertelan kabut itu ………segera Tommy…..ini harapan terakhir.” Berupaya untuk memberitahu Tommy yang sudah tenggelam dalam tidurnya Dr Yusuf pun cemas setengah mati, ia tahu bahwa obatnya berjalan 2 kali lebih cepat karena ia menambahkan dosisnya. Iapun memandang Elena dan Tommy dalam pembaringan, sesekali ia berdoa semoga tidak terjadi apa-apa terhadap dua anak muda ini.
Tommy melayang kembali tanpa beban, seperti dihempaskan dalam ruangan tak berdasar. Dan seketika itu juga ia terbangun pada tempat yang sudah dia kenal. Sebuah ujung lorong tempat ia berada tadi. Tanpa piker panjang ia sadar bahwa ia sudah tiba di alam mimpi Elena, dan ia tahu kemana ia akan menuju. Berlari cepat menyusuri lorang yang berliku membawanya kembali pada ujung lorong lainnya yang terbuka pada padang ilalang, namun kini padang ilalang itu telah dipenuhi kabut tipis.
“Ayo Tommy….jangan takut.” Tommy langsung berlari menembus kebuat itu dan berlari lurus membalah ilalang. Lama-kelamaan ia melihat cahaya kemerahan persis di arah hadapannya, cahaya kemerahan api yang seolah menghadangnya, Tommy terus berlari yakin, karena kali ini ia mnguatkan hatinya bahwa bara api itu tidak akan menghalangi dia meski api itu semakin meninggi, Tommy tidak menurunkan kecepepatan berlarinya.
Dengan berteriak Tommy meloncati dan menembus api besar yang ada di hadapannya, bak seperti tirai kelambu yang tidak menyakitkan, dan dengan sekejap api yang besar itu terbelah jadi dua seperti gerbang yang terbuka dengan sendirinya.
Tommy pun jatuh terguling di antara ilalang, sembari mencoba mengumpulkan sisa kekuatannya ia bangkit perlahan untuk memastikan bahwa semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Melihat sekeliling api yang awalnya membesar itu tiba-tiba pecah menjadi api kecil yang tidak berarti di sekitaran rumput ilalang……Tommy menarik nafas lega, meyakinkan diri bahwa ia berhasil mengalahkan ketakutannya.
Tiba-tiba dengan cepat sekelebat sesosok tubuh mencengkramnya dari depan, seolah membelitnya dengan cepat. Tommy terkejut dan ingin memastikan apa yang menyergapnya dalam pelukan hangat seperti menumpahkan kerinduan yang mendalam. Sosok itu adalah Elena, dengan rambutnya yang terurai dengan gaun putihnya yang anggun itu memeluk Tommy seperti telah mendapatkan apa yang dicarinya kini.
“kamu kemana aja Tommy, aku mencarimu………. Akhirnya aku menemukanmu di sini…” suara lembut Elena menghangatkan telinga Tommy, dan Tommy pun membalas pelukan kekasihnya itu.
“tidak Elena, ……akulah yang menemukanmu, dan aku tidak akan membiarkanmu hilang lagi.” ucap Tommy dalam kelegaan. Mendengar kekasihnya berbicara demikian membuat Elena keheranan, “maksud kamu apa?” Tanya Elena.
“sulit untuk dijelaskan…..yang penting aku sudah menemukanmu,….ayo kita kembali?”
“kembali kemana Tom…. Aku bingung….??” Elena kembali bertanya
“nanti saja aku jelaskan, akupun bingung bagaimana menjelaskan……” tiba-tiba motif tulisan itu muncul kembali dan kali ini  muncul dari permukaan pohon dan membentuk kalimat.
segera temukan Elena dan kembali di mana tempat Elena datang, jauhi kabut putih…….cepat, waktu hampir habis…
pesan yang muncul dari permukaan pohon.
“Elena…..kamu ingat dari mana kamu datang sebelum ke padang rumput ini,”
“aku ……aku entahlah aku lupa… darimana ya aku datang, tiba-tiba aku sudah masuk ke dalam tempat ini.”
“cobalah mengingat, dari mana kamu masuk……”  desak Tommy, namun pembicaraan mereka terhenti karena perhatian mereka tertuju pada dinding kabut putih yang semakin mendekati mereka berdua.
“apa itu Tom…..?” Tanya Elena kembali
“andai aku punya jawaban untuk semua sayang…..” Tommy semakin cemas dengan kabut putih tersebut. “cobalah mengingat, dari arah mana kamu datang….itulah jalan keluar kita…”.
Elena mencoba mengingat-ingat kembali, dan tangannya menunjuk satu arah.
“aku datang dari arah sana, sepertinya aku turun menggunakan anak tangga…… ya sebelah sana di balik bukit kecil itu….aku datang dari arah sana….dan…..” dengan segera Tommy menarik tangan Elena untuk berlari. Tommy segera membawa Elena berlari ke arah Elena tunjukan dan di belakang mereka dinding kabut itu semakin mendekat.
Setelah berlari beberapa saat dan menyusuri bukit kecil, mereka berdua melihat sebuah tangga yang berdiri dengan ujung atasnya terdapat pintu yang melayang horizontal menghadap bawah.
“dari situ kamu datang…???..” Tanya Tommy pada Elena sembari terhenti dari larinya.
“ya ….dari sini aku datang….”
“Ayo cepatlah naik dan masuklah kembali ke arah pintu itu segera…….!!” Perintah Tommy pada Elena. Elena mengikuti perintah Tommy dan memanjat anak tangga itu satu per satu menuju pintu di atasnya, sementara tommy mengikuti secara perlahan di bawah Elena. Dinding kabut putih itu kian mendekati mereka berdua semakin cepat, tommy semakin panik melihat seolah kabut itu hidup dan memangsa mereka berdua. Elena berhasil mencapai ujung anak tangga dan membuka pintu itu dengan mendorongnya ke atas, ia pun segera masuk ke dalam pintu itu.
Seiring mendekatnya kabut putih itu, tiba-tiba tangga yang tommy panjat hancur seketika. Seperti gerak reflek menendang ke bawah… Tommy pun meloncat menggapai bingkai pintu tersebut. Elena pun panic melihat Tommy bergelantungan pada bingkai pintu yang melayang itu, dengan memegang lengan Tommy, Elena menoba menarik Tommy masuk dank abut itu hanya beberapa langkah dari mereka dan semakin mendekat.
“Elena, apapun yang terjadi jangan sampai kabut itu menarikmu kembali….segera masuk dan tutup pintu itu….mengerti….?” Tommy berkata tegas.
“Tapi kamu harus masuk juga bersama aku….”
“Jangan khawatirkan aku……. aku pasti menemukanmu dimanapun kamu berada………” kabut itu merayapi tubuh Tommy dan mendekat ke pintu letak Elena berada. Dan Tommy melepas pegangannya dari bingkai pintu tersebut agar Elena dapat menutup pintu sehingga kabut putih itu tidak menarik Elena kembali.
Gostu Deti………Elena.” Ucap Tommy sembari terjatuh menjauh pintu itu dan Elena hanya bisa melihat Tommy melayang jatuh ditelan kabut tersebut. “Aku mencintaimu…….Tommy” dan Elena pun menutup pintu itu. Kabut putih itupun tak bisa menembus pintu tersebut.
Sementara itu Tommy terjatuh dan mendapati dirinya semakin menjauhi pintu tempat Elena melindungi diri, dan iapun hanya bisa pasrah diselimuti kabut memeluk dirinya erat sehingga sebatas matanya memandanga hanya dalam wujud warna putih tanpa batas. Semakin jauh ia melayang semakin berat yang ia rasakan dalam tubuhnya seperti tekanan gravitasi membebani dirinya, nafasnya semakin tersengal seolah udara enggan masuk ke dalam tubuhnya…tubuhnya seperti lelah dan tidak bisa bergerak, perlahan tapi pasti ia merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan. Sekejap saja beban yang ia rasakan mendadak hilang dan cahaya putih yang ia lihat perlahan-lahan meredup. Dalam kedamaian yang ia rasakan, ia mendengarkan suara yang tidak asing buatnya, suara orang-orang yang disayanginya, seperti ayahnya, ……suara ibunya…..dan salah satu suara yang sudah pasti ia kenal….suara Elena. Namun kedamaian yang ia rasakan membuatnya tak ingin beranjak dari peraduannya, Tommy merasakan tenang yang belum pernah ia rasakan.
5.
Suara Elena semakin mengeras seperti berteriak dari kejauhan, ia memanggil Tommy berkali-kali. Tommy berupaya membuka matanya, namun rasa kantuk yang berat seperti menghalanginya membuka mata. Suara Elena semakin keras terdengar oleh Tommy dan menganggu ketenangan yang mendekap Tommy….. Tommy berupaya membuka matanya, ternyata sulit….dia berusaha kembali dengan mencoba memanggil nama Elena…… dan ternyata masih belum bisa. Tommy mengumpulkan tenaga dan berusaha untuk lepas dari kesulitannya membuka mata, kali ini ia mencoba berteriak memanggil Elena dan membuka matanya di saat bersamaan.
“Elenaaa……..!!!” teriak Tommy dngan kencangnya sembari berusaha membuka kedua matanya dan iapun berhasil.
Tommy mendapati dirinya berada di sebuah ruang rumah sakit dengan selang infuse menancap di lengan kirinya. Ia melihat Elena sisi kanannya. Tommy berusaha mencoba mengerti apa yang dilihatnya.
“Dimana aku, apa yang sedang terjadi……” Tanya Tommy
“Kau pingsan, sudah 2 malam kamu tidak sadarkan diri…… aku mendapatimu tidak sadarkan diri di ruang tunggu.” Kata Ayah Elena padanya
“Betulkah itu Elena…….”
“Iya Tommy, kamu pasti kelelahan karena menjagaku selama kau dirawat, ….makasih ya”
“Yang penting kamu sudah sadar aku jadi tenang…..” Elena menggenggam tangan Tommy.
“Aku dengar suara ayah & ibuku tadi?”
“iya, mereka sedang mengurus administratif rumah sakit.” Tambah Elena.
Tommy berusaha menarik nafas panjang, setelah apa yang dialaminya ia masih sulit memahaminya…..tidak sadar 2 malam dalam waktu sekejap, itulah yang berusaha Tommy pahami. Tak lama kemudian muncul seseorang yang bagi Tommy tidak asing.
“Sudah sadar ya ….. bagaimana sudah baikan….” Tanya seorang dokter usia 30-an pada Tommy dan Elena.
“Tampaknya Tommy sudah baikan Dokter Yusuf…….”
“Baguslah kalau begitu, jaga makannya dulu ya…. Sebuah pengorbanan yang tak sia-sia kan ….jagoan??” sindir sang dokter sambil melenggang meninggalkan Tommy dan Elena kemudian menoleh kembali ke arah Tommy sembari meletakkan jari telunjuk ke bibirnya seolah memberikan kode ke arah Tommy mengenai sebuah rahasia kemudian tersenyum dan meninggalkan ruangan.
“apa maksudnya ya dokter itu……???” Elena kebingungan melihat tingkah dokter Yusuf pada Tommy. Sesaat itulah Tommy menyadari kode dan maksud ucapan sang Dokter, bahwa semuanya telah berhasil. Elena kembali sadar dari tidurnya dan rahasia alat eksperimen sang dokter aman terjaga termasuk apa yang Tommy dan Dokter lakukan untuk mengambalikan kesadaran Elena tanpa sepengatuhuan Elena.
“Ya…begitulah, terkadang rumah sakit membuat beberapa dokter menjadi sedikit tidak waras.” Ungkap Tommy. “ya mungkin juga sih………..”
“anyway….aku sudah dengar dari ayahku, aku mau berterima kasih karena pada waktu kejadian kebakaran itu, kamu meloncat ke dalam untuk menyelamatkan aku….kamu berani sekali” Elena mendekat pada Tommy.
Tommy tersenyum dengan sedikit menggoda “jangankan meloncat ke kobaran api yang menyala, ke dalam alam mimpi yang tanpa batas pun aku rela asalkan bisa menyelamatkanmu…..” ucap Tommy genit
“So swett………Gostu Deti Tommy…...” Elena mendekatkan wajahnya pada Tommy dan mengecup bibir Tommy dengan penuh kerinduan.
Hangat kecupan bibir Elena meyakinkan Tommy bahwa ia kini berada di dunia nyata dan bukan sekedar di alam mimpi.

SELESEI



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prosa Untuk Esok Hari

Heran aku dengan dia yang bernama Esok yang bersama sombongnya merebut perhatian dan keberadaanku di hari ini. Seolah dirinya yang kusebut sebagai Sang Esok telah ditakdirkan tercipta untuk menagih apapun yang ada saat ini dan meminta segala yang sudah kupersembahkan di atas altar waktu saat mentari menari di langit biru. Mengapa keindahan pesonanya hari ini telah hilang berkurang artinya atas nama tak pastinya hari Esok, lalu juga mengapa hari esok itu ada jika para Malaikat lebih senang menyenandungkan kebaikan di hari ini. Hari Esok begitu serakah mengurangi kehangatan Cinta hari kini, yang mampu memaksa para Ayah meninggalkan ceria senyum para Anaknya hanya karena untuk memastikan hari Esok tak mengganggu nyenyak tidurnya. Hari Esok juga dengan kejamnya mencabik-cabik kedamaian Hati para Raja yang bersiap dengan pasukannya untuk menjaga isi trah hartanya. Untuk seisi Surga yang telah terjaga untukku... ijinkan aku hanya abadi di Hari ini, ijinkan Jiwaku menari mel...

THE LAST SAMURAI:CERITA TENTANG PRAJURIT YANG MENEMUKAN JATIDIRI BARU DI TANAH PARA SAMURAI

Di penghujung abad ke 19 merupakan masa kelam bagi para penduduk asli amerika yakni suku indian dimana harus mengahadapi konflik dengan pasukan pemerintahnya sendiri. Nathan Algren atau lebih tepatnya kapten Nathan Algren bergabung dalam pasukan kavaleri angkatan daret di bawah pimpinan kolonel Buggle, telah melewati masa peperangan yang begitu melelahkan. Hingga pada satu saat Kapten Algren bersama pasukannya melakukan penyerangan yang diperintahkan oleh pimpinannya. Namun sasaran penyerangan yang seharusnya adalah sekumpulan pasukan indian ternyata hanyalah kampung yang kebanyakan berisikan wanita dan anak-anak. Pembantaian tak dapat dielakkan yang menyebabkan banyak wanita dan anak-anak menjadi korban, dan sang Kapten dihantui perasaan bersalah yang mendalam atas kejadian tersebut. Hal inilah yang menyebabkan sang Kapten tenggelam dalam minuman memabukkan yang sangat parah. Beberapa saat setelah perang usai, peperangan dalam batin Nathan Algren ternyata belum ikut usai. Pr...