Suara detak jam tangan
Tommy mengiringi nafas yang keluar masuk ke dalam paru-parunya, dihadapannya Dr
Yusuf menatap Tommy dengan tenang seperti menunggu sesuatu yang dinanti-nanti.
“Jadi…. gimana Tom?, kamu siap?.” Sang Dokter bertanya memecah keheningan
sesaat mereka berdua.
1.
Sudah sejak 3 jam yang lalu Tommy berada di ruang Dr Yusuf
karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan Dokter muda itu dengannya. Ini adalah
hari ke lima Tommy mondar-mandir rumah sakit kota Malang itu, bukan karena Dia
mengalami gangguan kesehatan. Semua ini bermula ketika Elena teman satu
sekolahnya yang juga kekasih Tommy itu terjatuh tidak sadarkan diri sejak
kejadian kebakaran di sekolah mereka. Beruntungnya tidak ada korban tewas dalam
kejadian tersebut, termasuk Elena yang meski sempat pingsan di dalam ruangan
perpustakaan yang terbakar bisa terselamatkan karena tindakan heroic Tommy yang
menerobos kobaran api dan membawa Elena keluar.
“ini semua salahku Dok……”
“maksud kamu?....” Dokter Yusuf kebingungan dengan penjelasan Tommy.
“Akulah yang menyebabkan Elena ada di perpustakaan siang itu,
dia ada di sana karena mencariku” Tommy menjelaskan.
“maksudmu kamu janjian dengan Elena untuk bertemu di
perpustakaan?.”
Tanya sang Dokter kembali.
“siang itu jam istirahat, Elena mencariku dengan menghubungiku
lewat ponselnya… aku mengatakan bahwa aku ada di perpustakaan dan dia
menyusulku ke sana tepat kebakaran itu akan terjadi.” Tommy menjelaskan dengan wajah
menyesal.
“Lalu di mana kamu saat itu?”
“Aku ada di ruang Dekan saat itu,
Kapala Administrasi dan Pak Dekan
memanggilku untuk menyeleseikan proses pendaftaran bea siswa yang sedang aku
ajukan. Aku tidak mau Elena tahu keadaan keuangan keluargaku, aku takut dia
akan khawatir kerena keadaan keluargaku yang sesungguhnya.” Tommy menjelaskan dengan
perlahan.
“semuanya adalah salahku hingga menyebabkan Elena terjebak dalam
kebakaran itu…sungguh aku tidak bermaksud membohonginya…” air mata keluar perlahan dari
mata Tommy.
“ya… itulah pria selalu hidup dengan rahasianya”. Dokter Yusuf berdiri dari meja
kerjanya dan menghampiri Tommy
Dokter Yusuf pun
berdiri dari kursi kerjanya dan menghampiri Tommy yang duduk lemas di
hadapannya. Dia duduk di atas meja menghadap Tommy sambil memegang pundak kiri
Tommy dengan tangan tangannya seraya
menenangkan.
“Saya pernah
menawarkanmu sebuah cara agar Elena bisa selamat dari ketidaksadarannya…..”
Tommy memperhatikan
dengan serius sambil menatap mata Sang Dokter, dia tahu bahwa sang Dokter
sedang tidak main-main.
“dengar Tommy, …..saya
menuntut komitmen kamu agar apa yang kita sedang bicarakan ini tidak sampai
bocor, ini rahasia kita berdua. Jika kamu bisa memenuhinya maka kesempatan agar
bisa Elena selamat ada di tanganmu.” Ucap tegas sang Dokter.
“aku berjanji Dok, apapun
asal Elena selamat…… apapun caranya aku siap Dok.” Tommy tak kalah serius,
tampak dalam sorot matanya. Sang Dokterpun berdiri dengan melepas jubah putih
kedokterannya seperti sedang bersiap akan menjelaskan sesuatu yang serius pada
Tommy. Tommy pun telah bersiap juga untuk segala kemungkinan yang akan dia
dengar.
“Elena mengalami disapnea dalam ketidaksadaran dirinya, atau
dengan kata lain Elena terjebak dalam alam bawah sadarnya. Itu akibat dari banyaknya asap yang terhirup olehnya. Bila
dibiarkan akan mengganggu fungsi organnya.”
“Lalu bagaiamana Dok agar bisa membuat Elena kembali sadar, ini
sudah hari kelima ia tidak sadarkan diri. Aku siap dengan cara apapun Dok
asalkan bisa membuat Elena kembali sadar.” Tanya
Tommy gelisah.
“cara ini tidak lazim
dalam dunia kedokteran, namun mungkin untuk dilakukan”
“Apapun itu Dok, aku siap….” Tommy mencoba meyakinkan sang Dokter.
“namanya adalah Ekstraksi…..” sang Dokter menjawab
Tommy memasang wajah bengong
karena bingung.
“beberapa
ilmuwan luar sudah mencoba melakukannya. Kegiatan ini adalah memasukan
kesadaranmu ke dalam benak pikiran Elena yang mendalam dan membantu
menyadarkannya lewat alam bawah sadar Elena secara sadar, ini adalah percobaanku semenjak 5
tahun terkhir ini Tom...., penelitianku tentang pikiran manusia.” Ucap
sang Dokter sembari menyilangkan tangan di dadanya.
“Aku tidak mengerti
Dok?...... apa itu sungguh nyata bisa dilakukan dan bagaimana bisa?”
2.
“Apa itu Ekstraksi Dok?...” Tommy menanyakan pada Dokter
“apakah ini ada hubungannya
dengan apa yang dialami Elena..?”
“Ya... tentu .... sebelum kamu bertanya lebih mendalam akan saya
berikan gambaran secara sederhananya.”
Tommy hanya mengangkat
kedua tangannya seolah memberikan kode pada Dr.Yusuf bahwa dirinya menyerahkan
semuanya pada sang Dokter.
“Oke Tom.... otak dan pikiran manusia adalah sumber misteri bagi
dunia manusia, jika kita dapat memahami bagaimana kerja pikiran secara pasti
kita hampir sepenuhnya memahami apa yang selama ini belum kita ketahui tentang
manusia.....” Dr.
Yusuf Melanjutkan
“Kamu tahu tentang pemahaman bahwa kita hanya menggunakan 10%
dari kemampuan otak kita...”.
“Iya Dok benar.... seperti yang dikatakan oleh dosen Psikologi saya
bahwa kita hanya menggunakan hanya 10% otak kita...” Kedua bahu Tommy
mengangkat seolah setuju dengan pendapat Dr. Yusuf
Dr. Yusuf berdiri dari
duduknya dan mencondongkan badannya ke arah Tommy sembari memicingkan matanya.
“Kamu tahu Tom ... penjelasan dari dosenmu itu adalah mitos yang
tidak mendasar yang didasarkan pada ocehan Albert Einsten,
ditambah lagi berapa film Hollywood yang terus mencekoki kita dengan teori
itu.” Dr. Yusuf meninggikan nadanya menunjukan ketidaksetujuannya dengan
dosen Tommy.
“Maksud dokter bahwa otak kita bekerja dengan 100%??.” Tanya Tommy sembari mengkerutkan
dahi tak terima dosennya disalahkan.
“Saya menyimpulkan kurang lebihnya seperti itu Tom, tapi
ketahuilah bahwa Otak kita bekerja secara maksimal dan beraktifitas hampir
sempurna, hanya saja itu semua tergantung berapa besar prosentase kita
menyadari dan memahami bagaimana otak bekerja, karena Otak akan bekerja seiring
seberapa dalam kita memahami dan mengenalnya, maka kita bisa
mengendalikannya... Kamu tahu, otak adalah satu-satunya organ yang tidak
membutuhkan istirahat untuk menjaga semua organ dalam tubuh kita untuk bekerja
dengan baik.... apakah itu tidak menunjukan betapa hebatnya otak kita...?”
Dokter Yusuf mencari
berkas di rak samping mejanya dan meletakkannya di atas meja sementara Tommy
mencoba bertanya.
“Lalu bagaimana dengan tidur Dok...?”
“Tidur adalah untuk mengistirahatkan organ lain dalam tubuh
seperti jantung misalnya.... tapi pada kenyataannya otak tetap bekerja meski
kita tertidur, dia berperan untuk
menjaga proses regenerasi sel pada saat kita tidur.... buktinya kita bermimpi
saat tidur.” Perjelas sang Dokter
Tommy hanya bisa
manggut-manggut, memberi kode untuk tak ingin berdebat.
“Jadi Tom, otak itu perfect,...”
Dr. Yusuf menunjukan
beberapa foto percobaannya selama di Belanda, tampak beberapa foto yang
menunjukan adanya seseorang yang dari perawakan badannya bukan orang lokal dan
lebih mirip dengan perawakan orang Indo-Eropa sedang menggunakan alat seperti
helm yang terhubung banyak sekali kabel ke sebuah alat.
“...otak itu sempurna, bekerja secara utuh... dan yang menjadi permasalahan bagi
kita adalah... apakah kamu menyadari atau tidak tentang bagaimana otakmu bekerja
dan apakah kita sudah menggunakan otak ini seperti yang kita mau...????”.kedua tangan dokter itu mencoba
menggambarkan ukuran otak dengan kedua tangannya.
“Lalu apa hubungannya dengan apa yang Dokter katakan tentang
ekstraksi.” Wajah
Tommy kebingungan seolah tak percaya bahwa dia akan mendapat tambahan kuliah
dari Dr. Yusuf.
“Pertanyaan bagus Tom...begini Otak adalah sekumpulan syaraf
yang berjumlah kurang lebih 200milyar an syaraf yang saling berhubungan dan
memiliki peran-peran yang berbeda yang memiliki cara kerja Kimia Elektrik untuk
memberikan perintah hingga ke seluruh tubuh bahkan menyimpan memori... kau bisa
bayangkan Otak ibarat Server sekaligus Processor dalam tubuh manusia yang bisa
bekerja secara bersama dan juga bekerja secara bergantian... hebat bukan bukan.” Dokter Yusuf tersenyum bangga
sambil melipat kedua tangannya dan bersandar di kursinya yang empuk merasa
bangga dengan penjelasannya.
“Apa Dokter yusuf ingin menjelaskan kepada saya bahwa kita
memulihkan Elena dengan pikiran....???”
“Okey ... okey gini maksud saya Tom... secara fisik Elena itu tidur
tapi pada prinsipnya otaknya bekerja
secara aktif. Ibaratnya Dia tertidur tapi tubuh kehilagan kemampuan untuk
merespon perintah untuk bangun. Otak sebenarnya memberikan perintah tapi tubuh
tak meresponnya... atau dengan kata lain kelistrikan dalam otaknya kurang kuat
untuk mendorong syaraf tubuhnya.”
Sang Dokter tampak
sedikit tersenyum menangkap ekspresi Tommy yang menunjukan tanda mulai paham
atas penjelasannya sejauh ini, dan ia mencoba melanjutkan lagi untuk ke
intinya.
“Tom.... meski tubuh Elena tak merespon, tapi sebenarnya Otak
Elena masih aktif sebagaimana orang tertidur seperti biasa atau dengan kata
lain Elena aktif bermimpi setiap malamnya.”
Tommy terdiam
mendengarkan maksud sang Dokter yang semakin antusias menjelaskan teorinya.
“Kita Punya harapan untuk membangunkan Elena dengan cara lain,
kita bangunkan dia lewat pikirannya... lewat mimpinya.”
“Haaahhh...” Tommy seketika melongo
Dingin suhu ruangan
akibat hawa freon yang keluar dari mulut Air Conditoning milik Dokter Yusuf
semakin membuat otot tubuh Tommy mengkerut yang menyebabkan menekan pembuluh
darahnya untuk berjalan ke otak...padahal otaknya saat ini sangat membutuhkan
oksigen dari darahnya yang serasa seperti berantakan akbiat penjelasan dari
Dr.Yusuf yang hampir membuat Tommy gila...
“Jika panalaranku benar.. apa yang Dokter maksud adalah kita
masuk ke dalam kepala Elena, lalu menendang isi kepalanya dan berteriak keras
agar Elena terbangun...apa seperti ya Dok???” Tommy mencoba menjelaskan kepada
sang Dokter dengan perlahan sambil mngkerutkan alisnya.
Dokter Yusuf merasa
kehabisan akal untuk meyakinkan Tommy apa yang di maksud, seketika itu juga
Dokter Yusuf membuka lemari dekat mejanya dan tampak sebuah alat yang secara
fisik tampak tak asing buat Tommy.
Alat itu berbentuk
balok tak ubahnya seperti mesin pemutar musik era 90’an dengan monitor berwarna
hijau di bagian depannya. Bagian belakang alat tersebut tampak terhubung dengan
kabel yang jumlahnya tak bisa dihitung.
“inilah yang aku Maksud, ini adalah BFE04... dengan alat inilah
kita bisa membangunkan Elena. Dengan alat inilah kita akan menjalankan proses
ekstraksi.”
“Lalu apa peran saya Dok….. apa yang bisa saya lakukan dengan
itu.??”
“Saya akan memasukanmu ke dalam mimpi Elena. Dan selanjutnya
tugasmulah membawa kesadaran Elena kembali.” Tommy terkejut pada saran dokter, dia masih
kurang yakin…betulkah bisa dia secara sadar masuk ke dalam mimpi Elena bahkan
Tommy mencoba menyadarkan dirinya kalau saat ini bukan dia yang sedang bermimpi
atau meyakinkan diri dokter yang sedang bicara dengannya ini sedang tidak
terganggu kesadarannya.
“Setahun yang lalu saat saya sedang ada di Belanda..saya dan
beberapa rekan saya sedang menguji hal ini Tom dan kami berhasil
mengidentifikasi alam maya pikiran. Hanya saja penelitian itu harus terhenti
karena saya harus balik ke Indonesia beberapa bulan lalu. Namun saya memutuskan
mengadakan pengujian kembali di rumah sakit ini, saya sudah merakit peralatan
Ekstraksi yang baru di rumah sakit ini….mungkin ini saatnya mengujinya Tom.”
“apa bisa berhasil Dok?, dan bagaimana saya bisa membawa
kesadaran Elena kembali….” Tanya
Tommy masih kebingungan.
“Saya tanya sama kamu, bagaimana caranya kamu terbangun lewat
mimpimu?”
“terjatuh, ketakutan, terlalu senang, dan…..”
“ya Tommy buat Elena mengalami itu, maka ia akan terbangun.
Temukan dia di alam mimpinya, bawa dia ke tempat yang paling menyentuh
emosinya…maka dia akan terbangun karena pada saat sedang mengalami situasi
emosional, adrenalin akan terus keluar…itu akan memicu jantungnya secara
alami…dan itu akan merangsang syaraf-syarafnya kembali.”
“lalu bagaimana
caranya agar aku bisa masuk ke dalam mimpinya Dok?”
“Ya… tentu aku akan
membuatmu tertidur secara fisik, namun aktif secara pikiran….sudahlah bagaimana
teknisnya akan aku jelaskan nanti… yang pasti apa kamu sudah siap dengan
rencana ini dan yang paling penting bersediakan kamu untuk menjaga kerahasiaan
ini?.”
Tekan kembali sang Doketer kepada Tommy untuk menjaga rahasia penting tersebut.
“okey Tom kamu tunggu
di kamar Elena, saya akan bawa peralatannya ke sana….. saya percaya kamu akan
bisa membawa kesadaran Elena kembali dan juga menjaga kerahasiaan eksperimen
ini.”
Selama
beberapa menit Tommy berpikir untuk menebak apa yang akan dihadapinya saat
memulai proses Ekstraksi seperti yang dijelaskan. Di samping rasa ingin
tahunya, kesadaran Elena dari tidurnya yang panjang adalah yang utama buat
Tommy. Andai Tommy bisa berandai bahwa seperti dongeng putri tidur di mana sang
Putri terbangun dari tidurnya yang panjang hanya dengan sebuah kecupan dari
seorang pangeran, Tommy akan dengan hati menjalani peran sebagai pangeran
tersebut. Tapi ini berbeda, kepala Tommy akan dipasangi alat dengan banyak
kabel dan disuntikkan zat anestesi sejenis Lidocaine.
Tommy tak
punya cukup imajinasi untuk memperkirakan apa yang akan dihadapinya nanti. Tommy menimbang masak-masak semampu
yang bisa dia lakukan, banyak pikiran muncul dalam benaknya….seperti apakah
yakin ini akan berhasil, apakah ini tidak mengganggu kesehatan Elena, dan
apakah ada efek samping baginya nanti.
Tommy kembali ke ruang
tempat Elena dirawat, sambil mencoba menata kembali pikirannya, Tommy menatap
sayu wajah kekasihnya yang terbaring. Tak lama kemudian terdengar suara roda
bergelinding dari luar kamar Elena, dan dokter Yusuf pun masuk dengan sebuah
meja dorong dan beberapa peralatan berkabel dengan untaian kabel-kabel
menjuntai ke bawah meja.
“Tommy….. tolong geser sofa itu ke sebelah ranjang Elena….” Perintah dokter Yusuf, dengan
segera Tommy menggeser sofa dalam ruangan itu agar berdekatan dengan Elena
persis di sebelah kiri ranjang Elena. “untuk
apa ini Dok?” Tanya Tommy penasaran……
“untuk masuk ke alam mimpi Elena, kamu perlu tidur berbaring
kan?.....apa pernah kamu melihat orang tidur sambil berdiri.” Ungkap sang Dokter sambil
menyiapkan peralatannya seperti menyalakan monitor, memasang kabel, dan
menyiapkan Electro Graf yang terdiri atas jari-jari bertinta dan gulungan
kertas tampak seperti catatan pendeteksi gempa. Beberapa saat kemudian ia
mengeluarkan sebuah kotak yang di dalamnya seperti rangkaian kabel kumparan
yang dililitkan dengan batang tembaga yang membentuk mahkota.
“apa itu Dok….?”
“ini akan aku pasang di kepalamu Tom, gampangnya adalah saya
akan menangkap mimpi Elena dengan pendeteksi ini…gulungan kertas ini akan
berjalan bila goresan tinta ini lurus maka aktifitas otak Elena sedang pasif
dan bila muncul torehan-torehan bergelomban maka otaknya sedang aktif atau bisa
dikatakan ia sedang bermimpi, saat itulah proses ekstraksi bisa dilaksanakan.” Dokter Yusuf mencoba menjelaskan
sembari memasangkan perekat di dahi kanan dan kira Elena yang di dalam perekat
itu tersambung kabel menuju peralatan canggih sang Dokter.
“okey kamu berbaringlah di sofa itu, aku akan memasangkan alat
ini dulu”. Dengan
sigap sang Dokter memasangkan alat berbentuk mahkota di kepala Tommy. Mahkota
berkabel itu juga terpasang pada alat pemindai milik dokter Yunus sehingga
tampak sekali bahwa alat sang dokter telah mencengkram kepala Elena dan tommy
dengan belalai kabelnya.
“Okey Tommy …sekarang
kita tunggu alat pendeteksi saya bekerja, begitu mimpi Elena terdeteksi saya
akan menyuntikan zat Lidocaine ini
agar kamu segera tertidur, jangan khawatir….zat ini adalah khusus anestesi lokal untuk menjaga kesadaranmu selagi
kamu tertidur.”
“Tunggu dok, tolong
jelaskan bagaimana cara kerja alat dokter itu….agar aku bisa sedikit tenang.”
“Okey…begini, begitu
aktifitas otak Elena terdeteksi maka kmu akan tertidur, kabel-kabel ini akan
menangkap gelombang otak sadarmu dan menyalurkannya ke dalam perangkat Saya
yang berbentuk kubus itu, sama halnya dengan Elena…alat ini akan menangkap
rangkaian mimpinya masuk ke dalam kubus ini, artinya perangkat ini mempertemukan
realita buatan dalam mimpi Elena dengan kesadaranmu.” Dokter Yusuf menjelaskan
sembari menyentuh alat rancangannya itu.
“Tapi Dok…bagaimana
caranya membedakan bahwa aku sedang berada dalam mimpi Elena dan bukan dalam
mimpiku sendiri?”
“Pertanyaan bagus,
kamu layak jadi peneliti Tom………..
ingat Tommy mimpi
adalah realita buatan yang berfondasikan pada memori-memori yang kita
buat..bila kita bermimpi kadang kita tidak sadar kalau kita sedang bermimpi
karena kita tenggelam dalam realita bawah sadar kita. Saat kamu masuk dalam
mimpi Elena, kamu masuk dalam kondisi sadar…. Kamu bahkan masih ingat
pembicaraan kita, bila kau cubit tanganmu sendiri kamu akan merasakan sakit itu
artinya kamu sedang dalam mimpi Elena.”
“okey…. Dok,
pertanyaan terakhir…apa kita bisa berkomunikasi saat aku dalam mimpi Elena?”
Tanya Tommy lagi.
“kamu memang punya
daya observasi tinggi Tommy….. tentu kita akan berkomunikasi, tapi hanya satu
arah.. Saya bisa mengetikkan kalimat dengan keyboard itu dan kalimat yang saya
ketik akan muncul tiba-tiba dalam media apapun di mimpi Elena, tembok, lantai,
di udara apapun itu asalkan kamu jeli melihat. Rata-rata mimpi seseorang adalah
3 menit 11 detik, saya akan memberitahu bila waktu mulai habis….okey jagoan ada
pertanyaan lagi??.” Tommy menggelengkan kepala menandakan entah apa lagi yang
bisa dia Tanya karena sesungguhnya dia masih belum percaya bahwa dia akan
melakukan sesuatu yang mungkin ia satu-satunya di republic ini melakukan, yang
ada dalam benak Tommy ialah bahwa sesegera mungkin ia akan bertemu dengan
Elena.
“kita tunggu reaksi di alat pendeteksi ini, jika
otak Elena sedang beraktifitas maka akan tinta pada batang logam ini akan
membentuk pala pada kertas ini…. percayalah rasanya seperti menunggu umpan
digigit ikan saat memancing…. Kita tidak bisa mempredeksi kapan Elena akan
bermimpi sepanjang tidurnya….”
3.
Beberapa saat kemudian
Tommy dan Dokter Yusuf menunggu alat pendeteksinya bereaksi, menit demi menit
membuat mereka berdua gugup. Suara jam dinding yang berdetak mengiringi
penantian Tommy yang tidak sabar segera menemui Elena dalam mimpinya, Tommy
sedikit gelisah karena tidak nyaman yang dirasakannya karena alat yang menempel
di kepalanya, sesekali dia menggeser-geser posisi kepalanya. Dokter Yusuf pun
tak kalah gelisahnya, berkali-kali ia memeriksa alatnya. Suara ketik dari papan
keyboard menandakan keahlian sang dokter dalam mempergunakan peralatan
tersebut.
Tak lama kemudian
terdengar suara batang jari-jari logam yang beradu satu sama lain seperti
berebutan menggoreskan tinta pada kertas yang berjalan. Seketika itu juga Dr
Yusuf terperanjat sigap berusaha memahami situasi. Ia bergegas menghampiri
Elena yang masih terbaring, seraya dari arah yang dekat Dr Yusuf mencoba
melihat kelopak mata Elena.
“Tommy, …… ini saatnya,
Elena sedang bermimpi……” Dr itu menghampiri Tommy dan menyalakan bebrapa tombol
pada alat yang menempel pada kepala tommy dan Tommy pun berbaring mencoba
mengikuti instruksi sang dokter. Dokter yusuf segera mengambil alat suntik yang
telah dia siapkan sebelumnya, dimasukannya beberapa milligram cairan ke dalam
alat tersebut.
“seberapa cepat
efeknya Dok..?
“Sangat cepat anak
muda….. jangan coba ini di rumah, begitu cairan ini masuk ke dalam darahmu,
beberapa detik kemudian kamu akan tertidur….percayalah bahkan kamu sendiripun
tidak tahu kalau kau sedang tidur.” Sang Dokter menjelaskan sembari
mengetuk-ngetuk alat suntik itu dengan jari tengahnya.
“Sebelum Saya mengirimmu ke dalam mimpi Elena, saya bertanya dan
jawab dengan jujur….”
“Apa Dok…..?”
“kamu mau melakukan ini apakah karena kamu mencintai Elena
ataukah hanya perasaan bersalahmu atas semua kejadian ini….?” Tanya sang Dokter dengan serius
sambil tangan kanannya memegang alat suntik yang mengarah siap untuk
disuntikkan ke arah Tommy.
“karena aku mencintainya Dok, …..karena aku ingin berada di
sampingnya selalu….. dan aku ingin dia kembali sekarang juga apapun caranya.” Tatapan Tommy tajam mengarah pada
Dokter,
“mengapa tannyakan itu Dok?”
“karena jika kamu menjawab pilihan yang kedua, aku perlu mengurangi
dosisnya…..tak ada yang lebih melemahkan pikiran sadar manusia selain rasa
bersalah karena akan menyesatkanmu dalam alam mimpi nanti, dan jika kamu
tersesat maka artinya akan ada satu pasien lagi di kamar ini yang harus saya
rawat…….ya paling tidak pemasukan Rumah Sakit ini bertambah meski percobaanku
ini kurang berhasil”
Sang dokter menatap senyum menggoda dan menusukan jarum suntik ke lengan Tommy.
Dan Tommy
membalas dengan senyuman yang kecut.
“Kamu pasti bisa kembali bersamanya….. Saya percaya itu”
Dan seketika juga rasa
nyeri menembus permukaan kulit Tommy dan ia bisa merasakan adanya cairan dingin
masuk ke dalam tubuhnya. Sensasi dingin yang menjalar ke seluruh tubuhnya
seperti perlahan tapi pasti rasa dingin itu memenuhi tubuh Tommy, tak ubahnya
seperti mandi air Es dan hanya saja dinginnya air itu menembus seluruh permukan
kulit tubuh dan menjamah organ dalam tubuh.
Tommy seperti berat
mengangkat kedua tangan dan kakinya, dengan sangat cepat rasa dingin itu
berubah menjadi rasa berat yang amat sangat. Dan segera tommy menyadari dia tak
dapat menggerakkan semua tubuhnya selain mulutnya untuk berbicara.
“Dok….aku merasakan…..”
“jangan kuatir Tommy,
senyawa buatanku tadi mengambil alih syaraf aktifmu secara perlahan namun ia
akan tetap menjaga otak sadarmu makanya kamu masih bisa bicara, jika kamu
merasakan kantuk jangan dilawan ikuti saja.” Dokter Yusuf mencoba menenangkan,
“Dengarkan Saya
Tommy….hitung mundur dari angka 10 menuju angka 1 secara perlahan mulai..”
Dengan segera Tommy
menghitung mundur seperti yang Dokter Yusuf perintahkan, sembari Tommy menghitung,
Dokter yusuf mengotak atik alatnya dan memutar ke arah kanan tombol yang mirip
dengan tombol volume suara tape dan tiba-tiba muncul seperti radar frekuensi di
layar computer dokter yusuf yang lama-kelamaan membentuk pola seperti bukit dan
lembah membentuk garis.
“10…….9……..8………7………8………7……….6……..5……….5……….5………4………4…..5…………5……5…….4…………3………..3……..3……….3…”
Tommy yang awalnya menghitung mundur dengan sigap tiba-tiba dia menyebut
berulang-ulang angka-angka tertentu dan suara yang keluar dari mulut Tommy
berangsur melemah, secara bersamaan pola gambar hijau yang tampak pada layar
computer dokter Yusuf yang awalnya membentuk pola secara cepat, lama-kelamaan
membentuk gerakan yang stabil dan semakin perlahan. Dan perlahan pun suara
Tommy tidak lagi terdengar tertelan sunyinya ruangan.
Tommy merasakan
dirinya terhempas jatuh ke bawah dalam ruangan yang sepertinya tak berdasar,
dia merasakan kegelapan menyelimutinya dalam sekejap, tubuhnya seperti tanpa
bobot melayang melawan gravitasi. Meskipun ia tidak melihat langsung ia bisa
memastikan dirinya bahwa dirinya sedang terbang karena ia tidak merasakan
pijakan pada kakinya. Namun hal itu hanya sebentar, perlahan kemudian ia bisa
merasakan kembali berat tubuhnya merayapi dirinya, Tommy bisa merasakan bahwa
ia sudah bisa merasakan jari-jarinya dan kakinya merasakan bahwa ia menyentuh
daratan. Ia merasakan tubuhnya menyentuh sesuatu yang tak asiing ia rasakan
manakala ia duduk di sebuah kursi. Pelan-pelan ia mengumpulkan keberaniannya
untuk membuka matanya dan ia mendapati sedang berada dalam lorong panjang
dengan lebar hanya 2 meter dan seperti dugaannya ia duduk di sbuah kursi di
ujung lorong yang tertutup tembok sisi belakangnya.
4.
Seperti orang yang
baru tersadar dari tidurnya ia, mencoba berpikir dan mengingat di mana dan apa yang akan dia
lakukan. Tommy bangkit dari tempat ia duduk, mencoba merasakan dinding yang ada
di kedua sisi tubuhnya dengan telapak tangannya. Tiba-tiba muncul sesuatu yang
aneh dari dinding yang ia sentuh, dinding yang awalnya polos berwarna
putih…secara berlahan muncul motif seperti keluar dari balik dinding tersebut.
Tommy pun terkejut dengan apa yang dilihatnya, motif berbentuk susunan huruf
itu membentuk seperti kalimat yang berisikan pesan. Setelah motif itu semakin
jelas, baru sadarlah Tommy bahwa dinding polos itu tak ubahnya seperti layar
besar telepon seluler yang memunculkan isi pesan singkat.
Tommy, saya ingatkan sekarang kamu berada
dalam mimpi...
Tommy kembali ingat
sedang di mana dan akan apa ia, dengan setengah takjub dia melihat dirinya
untuk kembali meyakinkan dirinya kembali bahwa yang dikatakan Dr Yusuf
betul-betul nyata. Beberapa saat yang lalu Tommy ingat ia berada berbaring di
atas sofa rumah sakit dan dalam sekejap ia berada dalam alam mimpi. Tulisan
yang tiba-tiba timbul dari dinding sesuai dengan apa yang Dr Yusuf katakana,
bahwa dirinya bisa berhubungan dengannya di alam mimpi, Tommy masih terperangah
dalam ketakjubannya.
Lorong tempat Tommy
berada tidak begitu lebar, hanya selebar 2 meter saja, Tommy berlari kecil
menyusuri ke arah lorong itu berujung, dan pada saat ia tiba di ujung lorong
Tommy kembali heran dengan apa yang dilihatnya….. ujung lorong itu
mengantarkannya pada sebuah padang rumput yang luas. Tommy bisa melihat
rumput-rumput setinggi pinggang itu bergoyang, sama seperti di dunia nyata
“inikah mimpi Elena, di mana ini???” gumam Tommy dalam hati. Dengan perlahan ia
menginjakkan kakinya, perubahan pijakan betul-betul ia rasakan….dari dasar
marmer yang keras berpindah menjadi tanah yang lembut. Ia melanjutkan
langkahnya perlahan, sesekali ia melihat kebelakang ujung lorong tempat ia
keluar itu dalam sekelibat mata menghilang. Mencoba untuk tetap tenang dan
mengendalikan ke khawatirannya bahwa apa yang dilihatnya itu adalah bagian dari
anomaly mimpi seperti yang diajarkan Dr yusuf bahwa ia akan melihat hal yang
aneh dan tidak ditemuinya di dunia nyata. Dengan tenang Tommy mencoba menyibak
ilalang yang menghadang jalannya, sepoian angin lembut menabrak tubuhnya.
Dan dari tiupan angin
itu muncul kembali motif seperti yang ia lihat di dinding tempatnya berasal,
motif itu kembali membentuk sebuah kalimat, rupanya pesan dari Dr Yusuf.
segera cari Elena, waktu terbatas…………!!
setelah melihat apa
isi pesan tersebut, Tommy pun mempercepat langkahnya, meski ia tidak tahu ke
arah mana akan ia tuju mencari Elena. Ia pun terus belari dan berlari membelah
lautan ilalang di depannya.
Dalam beberapa
langkah, Tommy mencoba melihat ke arah belakang karena ada yang menarik
perhatiannya. Ia melihat bahwa padang ilalang yang awalnya cerah tiba-tiba
mendung dan ia melihat dinding kabut berwarna putih bergerak perlahan ke arah
dirinya. Tommy tidak memperdulikan fenomena itu dan ia mencoba terus berjalan
menyusuri ilalang-ilalang tersebut.
Beberapa saat kemudian
langkahnya terhenti pada sesuatu yang dilihatnya, dan kali ini ia berharap apa
yang dilihatnya bukanlah anomaly mimpi lagi. Beberapa ratus meter di hadapannya
terdapat pohon kering yang di bawah pohon tersebut terdapat sesosok gadis
mengenakan gaun putih indah yang tampak sedang mencari sesuatu.
“Elena………….???” Tommy berucap untuk meyakinkan diri apa yang dilihatnya, itulah
bentuk sisi kesadaran Elena yang terjebak dalam alam mimpinya. Tomy melihatnya
dari kejauhan Elena dengan rambut terurai dan mengenakan gaun putih itu seperti
bingung sedang mencari sesuatu. Tommy pun kegirangan karena kini ia telah
menemukan Elena dan dengan segera ia berlari ke arah wanita yang dicintainya
itu.
Ia berlari terus tanpa
henti membelah rumput-rumput di depannya, namun langkahnya terhenti seiring
ketidakpercayaannya dengan hal lain yang tampak di hadapan matanya. Padang
rumput di sekeliling Elena tiba-tiba terbakar hebat dan mengurung Elena di
tengahnya yang masih terdiam di tempat ia berdiri sebelumnya. Tommy pun panic
melihat api yang entah dari mana asalnya itu tiba-tiba membesar dan semakin
membesar seperti akan menelan Elena hidup-hidup.
“Elenaaaaa……..!!!!” Tommy teriak dalam ketakutannya, tanpa peduli dengan api yang
dilihatnya ia berlari sekencang mungkin ke arah Elena. Tommy merasakan
kengerian yang luar biasa dalam dirinya, namun ia terus mencoba memberanikan
diri berlari ke arah api itu. Dinding api yang begitu besar sangat
mengintimidasinya dan menghentikan langkahnya, dinding api yang semula tidak
bergerak tiba-tiba meledak dan menghempaskan Tommy hingga terpental dan
melayang beberapa langkah kebelakang.
Anehnya beberapa detik
kemudian Tommy tidak juga merasakan ia jatuh ke tanah melainkan ia terjatuh ke dalam lubang
tanpa dasar. Semakin lama ia terjatuh semakin cepat….semakin cepat ….semakin
cepat dan ia merasakan tumbukan yang sangat keras ia rasakan di kepalanya
hingga membuatnya teriak……..
Tommy membuka mata dan
mendapatinya di dalam ruangan yang tidak asing baginya, ia merasakan keringat
membasahi tubuhny, nafasnya yang tersengal-sengal dan ketakutan menghinggapi
pikirannya.
“Tommy kamu tidak apa-apa, katakan apa yang kamu lihat di sana
hingga membuatmu ketakutan???” Tanya Dr Yusuf
Dengan dilihatnya
sosok Dr Yusuf, menyadarkannya bahwa ia kini telah kembali di dunia nyata,
Tommy masih bisa merasakan cengkraman alat yang menempel di kepalanya. “Elena…………Elena….” Tommy berucap cemas
sembari melihat ternyata Elena masih tidak sadarkan diri. “Apa yang kamu lihat Tommy, katakan pada saya….?”desak dokter
Yusuf.
“aku melihat lorong, padang rumput, dan Elena serta kobaran api
yang sangat besar Dok…”
“kamu menemukan Elena?......katakan sedang apa dia?” Tanya Dokter yusuf kembali.
“ia mencoba mencari sesuatu dok, dan kobaran api itu tiba-tiba
muncul dan menelannya, merebutnya hingga aku tidak bisa melihatnya kembali.”
Dokter yusuf mencoba
menenangkan Tommy, “Tommy, akhirnya kita tahu…mengapa Elena tidak sadarkan
diri. Dia terjebak dalam realitanya yang menyebabkan dia tertahan di mimpinya.”
“apa maksud dokter?”
“bahkan di dalam mimpinya Ia masih mencarimu Tom….., oleh karena
itu ia tidak mau beralih dari ingatan terakhir sebelum ia pingsan….ia terus
mencari dan mencarimu. Hanya saja Elena tidak tahu kalau dia sedang di alam
mimpi.” Jelas
sang Dokter
“lalu kenapa aku terbangun Dok, padahal aku belum berhasil
meraih Elena.??”
“karena kamu takut, ketakutanmu pada api itulah yang
membangunkanmu hingga kamu tidak membedakan antara ilusi mimpi dan realita. Api
itu adalah bentukan mimpi Elena Tommy….jangan terpangaruh pada emosimu karena
itu akan membangunkanmu.”
“apa artinya kita gagal dok,…. Dan Elena akan tetap tertidur
seperti itu.”
Ungkap Tommy sesal
“tentu tidak jagoan, lihatlah alat pendeteksi masih bereaksi
artinya saat ini Elena masih sdang dalam mimpinya yang tadi, dan kamu baru saja
tertidur sekitar satu menit…..saya akan mengembalikanmu ke dalam mimpi dan
temukan kembali Elena.”
Dokter Yusuf mencoba meyakinkan.
“baik dok segera kembalikan aku dalam mimpinya, api itu tidak
akan membuatku takut ….. Elena akan aku bawa kembali.” Ucap Tommy penuh semangat..
“okey siapkan dirimu jagoan…….” Sang dokter menyiapkan kembali alat suntik
untuk menginjeksi Tommy agar kembali ke alam tidurnya dan sang dokter
menyuntikkannya ke lengan Tommy. “semoga kau masih ingat jalan ke mana arah
Elena berada.
“ya tentu masih ingat dok, mungkin hanya saja dinding kabut
putih itu sedikit menutupi jalanku…..” tommy berbaring kembali untuk bersiap.
“okey…..” Dokter Yusuf
menyiapkan alatnya…..
Namun
beberapa saat ada sesuatu yang mengganjal bagi sang Dokter...
“APAAA??......dinding kabut putih………..ya Tuhan………Tommmy…” dokter Yusuf seperti kebakaran
jenggot setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Tommy, ia mneghampiri Tommy
dan mencoba mengingatkan Tommy yang sudah mulai tidak sadarkan diri.
“Tommy dengarkan….. kabut putih itu menandakan bahwa Elena
sekarat, kondisi pikirannya menurun drastis...Elena dalam kondisi kritis……kau
harus cepat menyelamatkannya sebelum Elena tertelan kabut itu ………segera
Tommy…..ini harapan terakhir.” Berupaya untuk memberitahu Tommy yang sudah tenggelam dalam
tidurnya Dr Yusuf pun cemas setengah mati, ia tahu bahwa obatnya berjalan 2
kali lebih cepat karena ia menambahkan dosisnya. Iapun memandang Elena dan
Tommy dalam pembaringan, sesekali ia berdoa semoga tidak terjadi apa-apa
terhadap dua anak muda ini.
Tommy melayang kembali
tanpa beban, seperti dihempaskan dalam ruangan tak berdasar. Dan seketika itu
juga ia terbangun pada tempat yang sudah dia kenal. Sebuah ujung lorong tempat
ia berada tadi. Tanpa piker panjang ia sadar bahwa ia sudah tiba di alam mimpi
Elena, dan ia tahu kemana ia akan menuju. Berlari cepat menyusuri lorang yang
berliku membawanya kembali pada ujung lorong lainnya yang terbuka pada padang
ilalang, namun kini padang ilalang itu telah dipenuhi kabut tipis.
“Ayo Tommy….jangan takut.” Tommy langsung berlari menembus kebuat itu
dan berlari lurus membalah ilalang. Lama-kelamaan ia melihat cahaya kemerahan
persis di arah hadapannya, cahaya kemerahan api yang seolah menghadangnya,
Tommy terus berlari yakin, karena kali ini ia mnguatkan hatinya bahwa bara api
itu tidak akan menghalangi dia meski api itu semakin meninggi, Tommy tidak
menurunkan kecepepatan berlarinya.
Dengan berteriak Tommy
meloncati dan menembus api besar yang ada di hadapannya, bak seperti tirai
kelambu yang tidak menyakitkan, dan dengan sekejap api yang besar itu terbelah
jadi dua seperti gerbang yang terbuka dengan sendirinya.
Tommy pun jatuh
terguling di antara ilalang, sembari mencoba mengumpulkan sisa kekuatannya ia
bangkit perlahan untuk memastikan bahwa semuanya berjalan sebagaimana mestinya.
Melihat sekeliling api yang awalnya membesar itu tiba-tiba pecah menjadi api
kecil yang tidak berarti di sekitaran rumput ilalang……Tommy menarik nafas lega,
meyakinkan diri bahwa ia berhasil mengalahkan ketakutannya.
Tiba-tiba dengan cepat
sekelebat sesosok tubuh mencengkramnya dari depan, seolah membelitnya dengan
cepat. Tommy terkejut dan ingin memastikan apa yang menyergapnya dalam pelukan
hangat seperti menumpahkan kerinduan yang mendalam. Sosok itu adalah Elena,
dengan rambutnya yang terurai dengan gaun putihnya yang anggun itu memeluk
Tommy seperti telah mendapatkan apa yang dicarinya kini.
“kamu kemana aja Tommy, aku mencarimu………. Akhirnya aku
menemukanmu di sini…”
suara lembut Elena menghangatkan telinga Tommy, dan Tommy pun membalas pelukan
kekasihnya itu.
“tidak Elena, ……akulah yang menemukanmu, dan aku tidak akan
membiarkanmu hilang lagi.” ucap
Tommy dalam kelegaan. Mendengar kekasihnya berbicara demikian membuat Elena
keheranan, “maksud kamu apa?” Tanya
Elena.
“sulit untuk dijelaskan…..yang penting aku sudah
menemukanmu,….ayo kita kembali?”
“kembali kemana Tom…. Aku bingung….??” Elena kembali bertanya
“nanti saja aku jelaskan, akupun bingung bagaimana
menjelaskan……” tiba-tiba
motif tulisan itu muncul kembali dan kali ini
muncul dari permukaan pohon dan membentuk kalimat.
segera temukan Elena dan kembali di mana
tempat Elena datang, jauhi kabut putih…….cepat, waktu hampir habis…
pesan yang muncul dari
permukaan pohon.
“Elena…..kamu ingat dari mana kamu datang sebelum ke padang
rumput ini,”
“aku ……aku entahlah aku lupa… darimana ya aku datang, tiba-tiba
aku sudah masuk ke dalam tempat ini.”
“cobalah mengingat, dari mana kamu masuk……” desak Tommy, namun pembicaraan
mereka terhenti karena perhatian mereka tertuju pada dinding kabut putih yang
semakin mendekati mereka berdua.
“apa itu Tom…..?” Tanya Elena kembali
“andai aku punya jawaban untuk semua sayang…..” Tommy semakin cemas dengan kabut
putih tersebut. “cobalah mengingat, dari
arah mana kamu datang….itulah jalan keluar kita…”.
Elena mencoba
mengingat-ingat kembali, dan tangannya menunjuk satu arah.
“aku datang dari arah sana, sepertinya aku turun menggunakan
anak tangga…… ya sebelah sana di balik bukit kecil itu….aku datang dari arah
sana….dan…..”
dengan segera Tommy menarik tangan Elena untuk berlari. Tommy segera membawa Elena
berlari ke arah Elena tunjukan dan di belakang mereka dinding kabut itu semakin
mendekat.
Setelah berlari
beberapa saat dan menyusuri bukit kecil, mereka berdua melihat sebuah tangga
yang berdiri dengan ujung atasnya terdapat pintu yang melayang horizontal
menghadap bawah.
“dari situ kamu datang…???..” Tanya Tommy pada Elena sembari
terhenti dari larinya.
“ya ….dari sini aku datang….”
“Ayo cepatlah naik dan masuklah kembali ke arah pintu itu
segera…….!!”
Perintah Tommy pada Elena. Elena mengikuti perintah Tommy dan memanjat anak
tangga itu satu per satu menuju pintu di atasnya, sementara tommy mengikuti
secara perlahan di bawah Elena. Dinding kabut putih itu kian mendekati mereka berdua semakin
cepat, tommy semakin panik
melihat seolah kabut itu hidup dan memangsa mereka berdua. Elena berhasil
mencapai ujung anak tangga dan membuka pintu itu dengan mendorongnya ke atas,
ia pun segera masuk ke dalam pintu itu.
Seiring mendekatnya
kabut putih itu, tiba-tiba tangga yang tommy panjat hancur seketika. Seperti
gerak reflek menendang ke bawah… Tommy pun meloncat menggapai bingkai pintu
tersebut. Elena pun panic melihat Tommy bergelantungan pada bingkai pintu yang
melayang itu, dengan memegang lengan Tommy, Elena menoba menarik Tommy masuk
dank abut itu hanya beberapa langkah dari mereka dan semakin mendekat.
“Elena, apapun yang terjadi jangan sampai kabut itu menarikmu
kembali….segera masuk dan tutup pintu itu….mengerti….?” Tommy berkata tegas.
“Tapi kamu harus masuk juga bersama aku….”
“Jangan khawatirkan aku……. aku pasti menemukanmu dimanapun kamu
berada………” kabut
itu merayapi tubuh Tommy dan mendekat ke pintu letak Elena berada. Dan Tommy
melepas pegangannya dari bingkai pintu tersebut agar Elena dapat menutup pintu
sehingga kabut putih itu tidak menarik Elena kembali.
“Gostu Deti………Elena.” Ucap Tommy sembari terjatuh menjauh pintu itu
dan Elena hanya bisa melihat Tommy melayang jatuh ditelan kabut tersebut. “Aku mencintaimu…….Tommy” dan Elena pun
menutup pintu itu. Kabut putih itupun tak bisa menembus pintu tersebut.
Sementara itu Tommy
terjatuh dan mendapati dirinya semakin menjauhi pintu tempat Elena melindungi
diri, dan iapun hanya bisa pasrah diselimuti kabut memeluk dirinya erat
sehingga sebatas matanya memandanga hanya dalam wujud warna putih tanpa batas.
Semakin jauh ia melayang semakin berat yang ia rasakan dalam tubuhnya seperti
tekanan gravitasi membebani dirinya, nafasnya semakin tersengal seolah udara
enggan masuk ke dalam tubuhnya…tubuhnya seperti lelah dan tidak bisa bergerak,
perlahan tapi pasti ia merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan.
Sekejap saja beban yang ia rasakan mendadak hilang dan cahaya putih yang ia
lihat perlahan-lahan meredup. Dalam kedamaian yang ia rasakan, ia mendengarkan
suara yang tidak asing buatnya, suara orang-orang yang disayanginya, seperti
ayahnya, ……suara ibunya…..dan salah satu suara yang sudah pasti ia kenal….suara
Elena. Namun kedamaian yang ia rasakan membuatnya tak ingin beranjak dari
peraduannya, Tommy merasakan tenang yang belum pernah ia rasakan.
5.
Suara Elena semakin
mengeras seperti berteriak dari kejauhan, ia memanggil Tommy berkali-kali.
Tommy berupaya membuka matanya, namun rasa kantuk yang berat seperti
menghalanginya membuka mata. Suara Elena semakin keras terdengar oleh Tommy dan
menganggu ketenangan yang mendekap Tommy….. Tommy berupaya membuka matanya,
ternyata sulit….dia berusaha kembali dengan mencoba memanggil nama Elena…… dan
ternyata masih belum bisa. Tommy mengumpulkan tenaga dan berusaha untuk lepas
dari kesulitannya membuka mata, kali ini ia mencoba berteriak memanggil Elena
dan membuka matanya di saat bersamaan.
“Elenaaa……..!!!” teriak Tommy dngan kencangnya sembari berusaha membuka kedua
matanya dan iapun berhasil.
Tommy mendapati
dirinya berada di sebuah ruang rumah sakit dengan selang infuse menancap di
lengan kirinya. Ia melihat Elena sisi kanannya. Tommy berusaha mencoba mengerti
apa yang dilihatnya.
“Dimana aku, apa yang sedang terjadi……” Tanya Tommy
“Kau pingsan, sudah 2 malam kamu tidak sadarkan diri…… aku
mendapatimu tidak sadarkan diri di ruang tunggu.” Kata Ayah Elena padanya
“Betulkah itu
Elena…….”
“Iya Tommy, kamu pasti
kelelahan karena menjagaku selama kau dirawat, ….makasih ya”
“Yang penting kamu
sudah sadar aku jadi tenang…..” Elena menggenggam tangan Tommy.
“Aku dengar suara ayah
& ibuku tadi?”
“iya, mereka sedang
mengurus administratif rumah sakit.” Tambah Elena.
Tommy berusaha menarik
nafas panjang, setelah apa yang dialaminya ia masih sulit memahaminya…..tidak
sadar 2 malam dalam waktu sekejap, itulah yang berusaha Tommy pahami. Tak lama
kemudian muncul seseorang yang bagi Tommy tidak asing.
“Sudah sadar ya ….. bagaimana sudah baikan….” Tanya seorang dokter usia 30-an
pada Tommy dan Elena.
“Tampaknya Tommy sudah baikan Dokter Yusuf…….”
“Baguslah kalau begitu, jaga makannya dulu ya…. Sebuah
pengorbanan yang tak sia-sia kan ….jagoan??” sindir sang dokter sambil melenggang
meninggalkan Tommy dan Elena kemudian menoleh kembali ke arah Tommy sembari meletakkan jari telunjuk
ke bibirnya seolah memberikan kode ke arah Tommy mengenai sebuah rahasia kemudian tersenyum dan meninggalkan ruangan.
“apa maksudnya ya
dokter itu……???” Elena kebingungan melihat tingkah dokter Yusuf pada Tommy.
Sesaat itulah Tommy menyadari kode dan maksud ucapan sang Dokter, bahwa
semuanya telah berhasil. Elena kembali sadar dari tidurnya dan rahasia alat
eksperimen sang dokter aman terjaga termasuk apa yang Tommy dan Dokter lakukan
untuk mengambalikan kesadaran Elena tanpa sepengatuhuan Elena.
“Ya…begitulah, terkadang rumah sakit membuat beberapa dokter
menjadi sedikit tidak waras.” Ungkap Tommy. “ya mungkin
juga sih………..”
“anyway….aku sudah dengar dari ayahku, aku mau berterima kasih
karena pada waktu kejadian kebakaran itu, kamu meloncat ke dalam untuk
menyelamatkan aku….kamu berani sekali” Elena mendekat pada Tommy.
Tommy tersenyum dengan
sedikit menggoda “jangankan meloncat ke
kobaran api yang menyala, ke dalam alam mimpi yang tanpa batas pun aku rela
asalkan bisa menyelamatkanmu…..” ucap Tommy genit
“So swett………Gostu Deti Tommy…...” Elena mendekatkan wajahnya pada Tommy dan
mengecup bibir Tommy dengan penuh kerinduan.
Hangat kecupan bibir
Elena meyakinkan Tommy bahwa ia kini berada di dunia nyata dan bukan sekedar di
alam mimpi.
SELESEI


Komentar
Posting Komentar