Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Prosa Untuk Esok Hari

Heran aku dengan dia yang bernama Esok yang bersama sombongnya merebut perhatian dan keberadaanku di hari ini. Seolah dirinya yang kusebut sebagai Sang Esok telah ditakdirkan tercipta untuk menagih apapun yang ada saat ini dan meminta segala yang sudah kupersembahkan di atas altar waktu saat mentari menari di langit biru. Mengapa keindahan pesonanya hari ini telah hilang berkurang artinya atas nama tak pastinya hari Esok, lalu juga mengapa hari esok itu ada jika para Malaikat lebih senang menyenandungkan kebaikan di hari ini. Hari Esok begitu serakah mengurangi kehangatan Cinta hari kini, yang mampu memaksa para Ayah meninggalkan ceria senyum para Anaknya hanya karena untuk memastikan hari Esok tak mengganggu nyenyak tidurnya. Hari Esok juga dengan kejamnya mencabik-cabik kedamaian Hati para Raja yang bersiap dengan pasukannya untuk menjaga isi trah hartanya. Untuk seisi Surga yang telah terjaga untukku... ijinkan aku hanya abadi di Hari ini, ijinkan Jiwaku menari mel...

Dalam Mimpi Elena

Suara detak jam tangan Tommy mengiringi nafas yang keluar masuk ke dalam paru-parunya, dihadapannya Dr Yusuf menatap Tommy dengan tenang seperti menunggu sesuatu yang dinanti-nanti. “Jadi…. gimana Tom?, kamu siap?.” Sang Dokter bertanya memecah keheningan sesaat mereka berdua. 1. Sudah sejak 3 jam yang lalu Tommy berada di ruang Dr Yusuf karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan Dokter muda itu dengannya. Ini adalah hari ke lima Tommy mondar-mandir rumah sakit kota Malang itu, bukan karena Dia mengalami gangguan kesehatan. Semua ini bermula ketika Elena teman satu sekolahnya yang juga kekasih Tommy itu terjatuh tidak sadarkan diri sejak kejadian kebakaran di sekolah mereka. Beruntungnya tidak ada korban tewas dalam kejadian tersebut, termasuk Elena yang meski sempat pingsan di dalam ruangan perpustakaan yang terbakar bisa terselamatkan karena tindakan heroic Tommy yang menerobos kobaran api dan membawa Elena keluar. “ini semua salahku Dok……” “maksud kamu?....” Dokter Yu...

Terkadangku untuk Cinta dan Waktu

Aku bersulang untuk setiap para Pecinta yang masih dengan gagahnya bersenandung bagi Kami yang terjebak oleh kemarau kebencian dan surut oleh teriknya prasangka. Jangan biarkan Waktu mengambilmu dariku yang sedang ingin tetap kau rengkuh dalam belaian kasihmu dan kau peluk tanpa kau lepas dengan sayap-sayap sayangmu yang menjagaku dari hilangku. Tanpamu Aku tak ubahnya ladang kering tak terairi oleh pemberian berkahmu, olehnya aku memohon pada semesta untuk tak memutarkan pendulum waktunya yang akan memisahkanmu dariku... menjauhkanku dari naunganmu. Apa dayaku untuk ada jika kau tak Ada dan hanya gelap nyata menjubahiku dengan sombongnya untuk melukai apa saja yang tampak di hadapanku. Sungguh adalah engkau piala bagiku selama berada di sampingku, selama putaran waktu tak merebutmu dariku.

Terkadangku untuk Masa Lalu

  Sangat tidak mudah bagiku untuk mengakui dan jujur bahwa sering kali aku ingin kembali ke masa lalu untuk memperbaiki apa yang ingin aku perbaiki, merubah apa yang tak sepatutnya aku terima hari ini, dan menjadikan segalanya lebih baik saat ini dengan menyebrang  ke masa lalu. Meski raga ini terbatas untuk meloncat ke sana, tapi pikiranku tak henti-hentinya meraung ingin merayap ke arahnya. Sulit ku untuk menerima kenyataan bahwa tempat terjauh bagi ku saat ini dan selamanya adalah masa lalu tapi entah mengapa begitu dekat melekat di benakku tak ubahnya tembok ratapan yerusalem yang tak henti menjulang dengan angkuhnya mempertontonkan harapan dan keinginan akan sebuah kebebasan.  keenggananku untuk mengakui betapa tak mampuku kembali ke masa lalu hanya membuahkan luka yang berdarahkan penyesalan, kesedihan, dan keputusasaan.. Untuk apa aku meratap ke ujung naungan yang tak akan mampu aku berlayar ke arahnya jika aku lebih mampu memandang ke arah cakrawala ...